Monday, April 16, 2007

Wawancara Poetri Soehendro (Wanita Pendongeng)


Poetri Soehendro

Melestarikan Tradisi Mendongeng

Para pembaca, berjumpa kembali dengan Wimar Witoelar. Sewaktu saya masih kecil, mendengarkan cerita itu membawa suatu suasana tersendiri. Apapun ceritanya kalau diceritakan oleh orang yang kita percayai, maka itu dapat mengubah suasana. Suasana malam dari gelisah menjadi tenang, suasana pagi dari malas menjadi semangat, dan suasana siang dari bingung menjadi lebih terfokus. Sayang sekali ilmu atau kebiasaan itu sudah tidak banyak lagi di Indonesia. Untunglah diantara yang langka itu, ada seseorang yang masih membawakan tradisi story telling atau tradisi dongeng di radio bahkan sekarang juga di panggung, di manapun orang berminat mendengarkannya. Tamu yang kita undang adalah salah satu pendongeng terkemuka di Indonesia saat ini, Poetri Soehendro.

Poetri menyatakan komunitas pendongeng profesional di Indonesia hanya berjumlah sekitar 10 orang dan dia satu-satunya perempuan pendongeng. Ini menyedihkan dirinya karena mendongeng itu seharusnya dilakukan lebih banyak oleh wanita dengan naluri keibuannya. Wanita yang melahirkan, mereka yang membesarkan anak. Di sisi lain mendongeng juga menghasilkan uang. Bayangkan saja wilayah Indonesia yang begitu luas hanya memiliki 10 pendongeng.

Berikut wawancara Wimar Witoelar dengan Poetri Soehendro.

Apakah boleh atas nama pembaca saya meminta Poetri menceritakan satu dongeng terlebih dulu?

Boleh. Ini cerita favorit saya.

Pada suatu hari di dalam sebuah hutan, ada seekor singa yang paling garang dan paling jahat di dalam hutan sedang tertidur. Seekor tikus, tikus yang paling kurus, kerempeng, paling kecil, berjalan mengendap-mengendap, jalan-jalan keliling hutan. Tanpa tersadar dia menginjak ekor dari singa tersebut. Singa mengaum, "Hrrrmm… kamu dasar tikus kecil! Mengganggu tidur siangku! Sebaiknya kau ku makan." Tikus kecil yang kerempeng itu kemudian dengan gemetar bilang: "Maaffff Raja Hutan… Saya tidak berminat untuk menginjak buntut Bapak. Ngga sengaja… Tapi begini Pak, kalau bapak tidak memakan saya, saya berjanji, kalau bapak dalam kesulitan pasti saya tolong." Singa tertawa tertawa terbahak-bahak "Hahaha… Kamu bodoh banget. Mana mungkin binatang sekecil kamu dapat menolong aku?" "Ehhh… si Raja Hutan ngga percaya sama saya? Pasti saya tolong!" Satu minggu… dua minggu… tiga minggu berlalu… Singa sedang berjalan-jalan keliling hutan pada suatu malam. Jadi singa tidak tahu ada sebuah perangkap besar yang dipersiapan oleh sang pemburu. Ia berjalan dengan pongah dan angkuhnya, "Tidak ada yang bisa mengalahkan singa!" Tapi pada saat ia sudah masuk perangkap, ia mengaum dengan keras, karena perangkap itu naik ke atas pohon dan mengikat tubuhnya. "Hrraummmm!!!!" Aumannya di seluruh hutan, tapi seluruh binatang ketakutan mendengar aumannya, karena ternyata ia bukan raja hutan yang disukai oleh penduduknya, kecuali oleh seekor tikus. Tikus itu mendengar, "Saya sepertinya kenal auman itu." Tikus mengikuti dimana suara itu berasal, kemudian dia lihat ke atas pohon. " Eee.. Si Raja Hutan. Ngapain Pak di atas?" Si Raja Hutan berkata, " Hraumm… jangan tambah penderitaanku. Tolong aku tikus." Tikus kemudian berkata, "Pak katanya ngga percaya sama binatang kecil." Tikus kemudian naik ke atas pohon, menggigiti satu per satu tali temali itu hingga akhirnya putus. Kemudian singa berkata, "Aku selama ini selalu menganggap remeh binatang yang lebih kecil dari aku. Tapi aku baru sadar, ternyata betapa pun kecil binatang itu, pasti ada gunanya dan pasti ada maksudnya ia dihadirkan Tuhan."

Bagaimana Anda bisa mempunyai keahlian mendongeng? Apakah itu dari pengalaman di rumah atau memang ada semacam ketrampilan tertentu, studi tertentu untuk bercerita dongeng?

Awalnya dari sebuah morning show yang saya bawakan di sebuah radio. Saya semula harus membuat acara berisi tentang kultur selama satu bulan. Saya bingung karena selama sebulan harus membicarakan masalah budaya, jadi apa yang saya mesti bicarakan lagi di acara itu? Kemudian produser saya mengatakan dongeng aja Put.

Apakah sebelum diminta produser sudah suka dunia dongeng?

Ngga.. ngga. Saya jauh dari dunia dongeng, saya jauh dari anak-anak, pada waktu itu sebetulnya saya tidak begitu memperhatikan dunia anak-anak. Namun sekarang menjadi sangat care (peduli).

Ok. Jadi ini bukan dari pengalaman di rumah dibawa ke radio.

Di radio saya terpaksa membawakannya. Sebulan berturut-turut saya membawakan acara itu.

Apakah Anda mempunyai latar belakang teater atau drama untuk mengubah permainan suara?

Tidak ada.

Tadi dibawakan suara macam-macam sehingga saya seperti nonton film kartun dimana karakternya tergambarkan oleh volume suara, nada, dan intonasi. Apakah setelah Poetri melakukan dongeng kemudian membuka referensi mengenai how to tell a story?

Iya, semula saya membawakannya cuma dengan membaca. Pada waktu saya bosan saya berhenti. Saya ngga mau ah membacakan dongeng di radio. I feel stupid karena I don’t know what I’m doing sebetulnya. Saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Tapi kemudian banyak telepon dari pendengar bahkan sampai ratusan. Semua bertanya mengapa berhenti? Akhirnya saya mulai membawakannya, saya mulai mempelajarinya, saya mulai ke Google University (situs mesin pencari di internet– red).

Jadi saya klik story telling, saya klik story teller. Wah, itu isinya macam-macam. Di situlah saya belajar dan di situlah saya tahu bahwa di luar Indonesia ternyata ratusan orang berprofesi sebagai pendongeng.

Iya, kalau di Eropa biasanya di setiap desa kecil ada story teller yang hebat, yang bertahun-tahun berkuasa. Kalau sudah tua ada yang menggantikannya. Jadi sebagian dari tradisi kelompok-kelompok kota. Sekarang Anda sudah belajar di Google University. Apakah di Indonesia dulu tidak ada cerita tentang story teller? Bukankah dalang itu story telling?

Sebetulnya dalang itu adalah kelanjutan dari story telling. Saya percaya sekali itu. Kalau di Amerika, story teller biasanya bercerita di library atau taman-taman. Pendengarnya atau penontonnya justru kebanyakan orang dewasa ketimbang anak-anak. Jadi seperti cerita yang tadi saya ceritakan sebetulnya kalau diceritakan untuk orang dewasa juga ada impact-nya.

Apakah Anda juga bermaksud memberikan metafor terhadap hal yang lebih luas melalui cerita itu?

Iya, sebetulnya itu. Jadi saya tidak mau menjadi pendongeng hanya untuk anak-anak, mengisi acara ulang tahun anak. Saya melihat dongeng adalah suatu ilmu dan keterampilan yang dahsyat yang memudahkan kita masuk ke dalam masyarakat. Apa pun pesan yang ingin kita sampaikan ke masyarakat, kita bisa masukkan tanpa orang merasa digurui, tanpa orang merasa dikhotbahi, tanpa orang merasa dipaksa untuk mengerti tentang sesuatu.

Cerita yang Anda bawakan tadi adalah cerita anak-anak klasik, standar, dan saya sudah sering dengar. Kekuatannya tadi adalah dalam penyampaiannya. Jadi seperti ceritanya dari Shakespeare tapi pemainnya Al Pacino sehingga jadi bagus. Tapi Apakah dalam Anda mendongeng dikaitkan dengan suatu situasi tertentu, mencari relevansi khusus, misalnya, cerita Lapindo, cerita Flu Burung, atau kontemporer?

Ya, dan itu saya mulai pada waktu Pemilu. Saat itu banyak anak anak menanyakan, "Tante, nyoblos itu apa sih, Pemilu apa sih?" Akhirnya, saya ceritakan mengenai sebuah kerajaan di hutan dimana si Raja Hutan sakit dan meninggal sehingga harus mencari penggantinya. Siapa yang seharusnya menjadi pengganti? Semua anak mengatakan, "Raja juga dong tante. Eh, siapa bilang Jerapah bukannya tidak pandai memimpin hutan, dia hanya belum memiliki kesempatan saja." Sampai di akhir cerita anak-anak mengatakan, "Oh, kalau begitu seperti Pemilu sekarang yach Tante." Iya betul. Jadi jika pada pemilu waktu itu calon presidennya ada lima, maka saya juga memakai contoh lima binatang. Karena itu saya sampai kuliah lagi dan kegiatan lainnya guna memperdalam dongeng ini.

Jadi akhirnya Ibu boleh dikatakan mengembangkan sendiri kemampuan di bidang pendongengan.

Iya dan saya juga ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa pendongeng itu tidak cuma hanya di ulang tahun anak lho.

Saya sudah lama tidak ke ulang tahun anak-anak karena tidak pernah diundang juga. Apakah acara ulang tahun anak-anak sekarang suka ada pendongeng?

Suka ada. Kadang-kadang saya suka mendapat telpon seperti ini, "Kan gini ya Mbak Poetri, anak saya takut Badut, kayaknya Mbak Poetri juga lucu, boleh deh ngedongeng. Nah itu saya suka mengatakan bukannya saya tidak mau disamakan dengan badut karena badut juga memiliki keahlian tersendiri untuk menghibur anak. Tetapi dongeng ini berbeda. Dalam urusan mendongeng ini, saya sangat menggangap hal ini serius.

It is very serious yach. Bahkan sebetulnya bisa juga dipakai dalam pidato di DPR. Saya kira Soekarno dulu suka mendogeng juga walaupun terbatas. Dongeng yang diceritakan itu sebetulnya tidak hanya untuk anak kecil, tapi untuk masyarakat luas, dan banyak hal-hal yang terkandung di belakangnya. Selain itu, saya tetap menganggap mendongeng suatu exspertise yang sangat susah sedangkan di sini belum banyak pendongeng. Tapi setelah menjadi pendongeng, apakah Anda melihat ada orang yang berusaha untuk melakukan hal sama atau Anda tetap sendiri?

Sekarang sih yang terhitung dengan jari cuma 10 pendongeng profesional. Saya satu-satunya perempuan pendongeng. Ini buat saya menyedihkan karena mendongeng itu seharusnya dilakukan lebih banyak oleh wanita dengan naluri keibuannya. Wanita yang melahirkan, mereka yang membesarkan anak. Tapi dari 10 pendongeng yang ada di Indonesia, sembilan laki-laki, saya sendiri perempuan. Banyak orang ingin mulai mencobanya, tetapi mungkin karena keadaan negara yang sudah susah mereka suka bertanya, "Duitnya gede nggak sih Put?"

Iya, apakah mendongeng ada duitnya?

Kalau saya mengatakannya dengan cara bayangkan begitu luasnya wilayah Indonesia tapi kita cuma memiliki 10 pendongeng. Sekarang barangkali menjadi sembilan karena Kak Seto juga tidak terlalu aktif dan Pak Raden juga usianya sudah tua. Jadi 10 orang tersebut mendongeng untuk seluruh anak di Indonesia. Can you imagine? Jadi seharusnya ada duitnya.

Mekanismenya barangkali melalui pemerintah, melalui yayasan. Saya yakin. Karena itu saya kira kita ada baiknya menyebarkan contoh-contoh dari Anda ini supaya siapa saja yang membaca ini bisa tergugah. Kalau tidak didanai agar bisa jalan maka akan bisa punah.

Sebetulnya banyak pihak swasta yaitu sponsor yang banyak sekali mempergunakan tenaga pendongeng untuk promosi produk mereka dan selalu sukses ketika itu ditujukan untuk anak-anak dan ibu rumah tangga. Jadi dongeng sering dijadikan alat untuk promosi. Tapi saya selalu mengatakan kepada pihak swasta, Ayo dong bawa saya ke Sulawesi, ayo dong bawa saya ke Sumatera, ayo dong bawa saya ke Papua. Mereka pikir, "Ah sudahlah, sudah dagang di Surabaya juga sudah laku Bu, yuk pulang yuk."

Satu hal mengenai cerita dongeng tadi. Penyampaiannya lancar sekali. Apakah dongeng tersebut dihafal dari teks? Bagaimana caranya supaya menjadi lancar?

Pointers-pointersnya saja.

Jadi seperti pembicara di seminar saja, public speaking.

Betul. Nanti kalau ada audience-nya, biasanya cerita bisa menjadi panjang. Kalau anak-anak kelihatan sudah mengerti jalan ceritanya maka dipotong pendek. Tapi kalau kelihatan anak-anaknya smart, mereka ingin ada elaborasi dan biasanya persoalannya dibuat lebih berat lagi.

Jadi jelas pendongeng adalah kegiatan interaktif seperti public speaking dan ada reaksi. Kalau di koran lebih susah. Ok, saya akan minta Anda memberikan contoh satu lagi dongeng yang lebih pendek.

Satu dongeng lagi:

Di sebuah kerajaan ada seorang raja yang tampan luar biasa. Ia kerjanya hanya memandang dirinya di kaca terus menerus dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dan dia tidak pernah melakukan tugasnya sebagai raja. Suatu hari dewa turun dari kahyangan dan mengintip di jendela : "Ngapain raja kok hanya cuma memandang dirinya di kaca?" Kemudian Dewa mendengar raja berguman, "Aku adalah manusia paling ganteng sedunia. Jangan-jangan dibandingkan Dewa, aku lebih ganteng dari Dewa". Dewa sangat marah mendengar hal itu, kemudian Dewa berkata,"Mulai hari ini kau akan kuberi tanduk!" Esok harinya raja mempunyai dua tanduk, yang tidak bisa diapa-apain. Kemudian karena malu, raja akhirnya menyingkir ke hutan. Di hutan dia hanya bergaul dengan binatang, ia bertani, ia bercocok tanam, dan ia mulai merasakan apa itu artinya kerja. Pada suatu hari dia bangun, ia raba kepalanya, tanduknya hilang. Dan ia kembali ke kerajaannya. "Prajurit, tandukku sudah hilang. Aku ingin balik lagi ke istana". Dan karena dia sudah terbiasa bekerja, raja mulai melakukan tugasnya sehari-hari, negaranya sudah mulai makmur, maju dan murid-muridnya terpelajar. Akhirnya raja tahu bahwa sebagai raja tidak boleh hanya memandang diri di cermin. Tetapi dia juga harus mulai bekerja.

Wah itu sangat relevan. Raja kita terlalu sering bercermin.

Mengaca terus, menyisir, mengganti baju terus.

Ganteng makin ganteng tapi kapan kerjanya? Ok, Ibu tidak keberatan kalau ceritanya itu ditarik pada relevansi masyarakat, bahkan relevansi politis.

Iya, betul.

Sewaktu Anda tadi mendongeng sangat memikat. Tapi bagaimana yang baca transkrip ini? Saya pikir kalau ditranskrip juga sama ada dampaknya. Walaupun barangkali tidak 100%, ada gunanya. Apakah Anda pernah pikirkan atau menyelidiki bagaiaman pengaruh dongeng-dongeng itu jika dalam bentuk tertulis?

Kalau melihat di website www.storytelling.com atau www.storyteller.net jumlah yang mengunjunginya sangat tinggi

Betulkah itu banyak pengunjungnya?

Betul, banyak sekali pengunjungnya. Mereka men-download cerita-cerita.

Itu teks dan bukan audio yach.

Itu teks.

Apakah Anda mempunyai website sendiri?

Tidak punya.

Apakah Anda mempunyai koleksi dari dongeng yang diceritakan seperti dalam bentuk formal buku?

Ya, tapi saya mengarsipkan itu, bukan membukukannya.

Berapa kira-kira jumlah file arsip dongeng Anda tersebut?

Saya mempunyai hampir 200 cerita yang pernah saya bacakan di radio maupun di acara lainnya.

Apakah ada rencana untuk diterbitkan?

Ada rencana untuk diterbitkan, tetapi penerbit pernah bicara sama saya, "Put, jangan dijual deh ceritanya, tapi lebih baik dijual tipsnya mendongeng. Karena itu lebih berguna."

Barangkali betul juga karena kekuatan cerita ada pada penyampaiannya, sedangkan ceritanya tidak semuanya asli dari Anda.

Betul. Jadi tips-tips mendongeng kalau dibukukan barangkali lebih berguna buat orang.

Sumber : www.perspektifbaru.com

No comments: