Friday, June 15, 2007

Si Unyil Hidup Lagi

Papinto Badut dikunjungi "Laptop Si Unyil" dari TV Trans-7 JAKARTA
Papinto mendapat email dari mas Ivan - Trans-7 Jakarta, yang isinya mas akau mau mengambil gambar bisnis mas tentang kerajinan tangan itu. Wah...tak kirain mau nyoting Papinto. Emang disamping mendongeng aku juga berbisnis kerajinan tangan/handycraft yang sudah kutekuni selama 9 tahun. Gembira juga karyaku masuk TV, suatu saat nanti aku berharap Papinto bisa dikenal oleh anak-anak di negeri ini. Setelah sepakat jadwal shoting Mas Ivan langsung datang kerumah dan ambil gambar, beruntung aku bisa lihat cara bikin acara TV. Kusertakan anak2 sebagai pendamping Bu Rika sang instruktur dalam menerangkan bagaimana cara membuat kerajinan membuat box hantaran berbahan limbah daur ulang klobot jagung dengan merk rikascraft itu. Setelah pengambilan gambar kl 3 jam, maka mas Ivan pamit balik lagi ke Jakarta untuk meng-edit hasil shootingan itu untuk tayangan selama 30 menit dalam acara LAPTOP SI UNYIL dan akan ditayangkan 2 minggu lagi. Tentang si Unyil yang dihidupkan TV Trans-7 membuat suasana penampilan Si Unyil nampak berbeda dari tayangan 6 tahun yang lalu. Kini dengan dibarengi cerita yang berupa informasi ilmu pengetahuan yang mendidik anak-anak Si Unyil ditonton lagi bukan oleh anak2 saja, tapi oleh orang dewasa juga. Hidup Trans-7.


KARAKTER DAN EKSPRESI VISUAL FILM BONEKA SI UNYIL
Film boneka Si Unyil adalah film serial yang diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN) yang hadir di layar TVRI pads setiap hari Minggu pagi, telah berhasil memeerikan hiburan kepada seluruh pemirsa di seluruh Indonesia, khususnya perhatian dari anak-anak. Dihadirkannya film boneka Si Unyil karena film-film yang disiarkan oleh TVRI saat itu didominasi oleh film produksi dari luar negeri, sedangkan anak-anak Indonesia memerlukan film-film pendidikan sekaligus hiburan.

Teknik memainkan boneka diilhami oleh cara memainkan Wayang Potehi, sebuah kesenian yang berasal dari leluhumya masyarakat Tionghoa. Latar belakang yang menjadi pertimbangan pembuatan film dalam bentuk boneka adalah tidak memerlukan biaya yang besar dan proses pembuatan boneka-boneka caranya sederhana dan mudah dilaksanakan bila dibandingkan dengan cara pembuatan film animasi. Boneka Si Unyil termasuk katagori hand puppet. Cara memegang dan memainkan boneka adalah dengan menggunakan tangan dan jarijari tangan.

Film boneka Si Unyil dalam tayangannya dapat betahan lebih dari sepuluh tahun lamanya, hal ini menunjukan bahwa film boneka Si Unyil memiliki daya tank tersendiri dan memiliki pengaruh yang kuat saat disiarkan oleh TVRI. Salah satu daya tank dan kekuatan dari film boneka Si Unyil adalah pads kekuatan ekspresi visual yang didukung oleh kekuatan ceritera yang mengandung unsur-unsur ketegangan, kelucuan, kesedihan, kejenakaan. Cerita yang dimunculkan adalah peristiwa-peristiwa yang sudah akrab dengan kehidupan anak-anak sehari-hari. Tema-tema yang disuguhkan sebagian besar selalu dikaitkan dengan nisi pemerintah di jaman Orde Baru.

Penelitian ekspresi boneka memakai kajian wanda. Istilah "wanda" digunakan untuk kupasan boneka saat boneka tersebut dimainkan oleh dalang atau saat tampil dilayar televisi. Wanda mengandung arti menyeluruh, yang menunjukkan suasana hati, keadaan fisik, dan lingkungan tokoh boneka. Wanda adalah raut tertentu dalam wayang berdasarkan permintaan dalang untuk mempertunjukkan tokoh tertentu dalam cerita tertentu.

Penggambaran ekspresi peran dan wanda pada beberapa tokoh tertentu merupakan representasi dari kondisi manusia Indonesia. Ciri-ciri manusia Indonesia yang diperankan dalam film boneka Si Unyil adalah sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam menganalisa tampilan visual tokoh-tokoh dalam film boneka Si Unyil adalah dari tokohtokoh boneka yang paling sering tampil di layar televisi dan memiliki peran yang cukup menonjol pada setiap episodenya. Tulisan ini berisi tentang latar belakang kelahiran dan pembuatan film boneka Si Unyil, dokumentasi, rangkuman dan perjalanan film boneka Si Unyil selama periode tahun 1981 hingga tahunl992.
Sumber : http://digilib.art.itb.ac.id

No comments: