Wednesday, September 12, 2007
Lingkungan Hidup Kita dan Anak2
Kasus Pencemaran Mercury di Teluk Minamata - Japan 1972
Sekian ratus tahun sejak revolusi indiustri di Inggris menngulirkan kemirisan akan ketakutan umat manusia pada penggunaan mesin2 industri untuk mengeksploitasi alam. Mulai dari daratan, bukit, gunung hingga lautan habis tergerus oleh mesin2 rakus pengganti tenaga kerja umat manusia itu. Kita di Indonesia tak luput dari membudayanya eksploitasi
sumber daya alam dengan alasan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pencemaran industri menjadi kian tren sejalan dengan upaya orde baru untuk mensukseskan program lima tahunannya, sungai2 di Jawa khususnya tek terlepas dari gejala pencemaran oleh industri ini yang ditandai dengan menghilangnya komunitas jenis2 ikan tertentu. Anak2 pun kini takut kembali masuk air mandi di sungai oleh karena kentalnya kadar pencemaan ini, Akankah ini bisa diakhiri dengan kontrol yang ketat oleh peraturan pemerintah dan penegakkan akibat hukumnya?
MENYELAMATKAN GENERASI YANG AKAN DATANG DENGAN MENYELAMATKAN LINGKUNGAN HIDUP
Anak merupakan masa depan bangsa, demikian yang sering dikatakan oleh banyak orang tentang pentingnya memperhatikan nasib anak-anak, terutama balita. Namun fakta menunjukkan bahwa kenyataan tidaklah seindah yang apa yang sering didengung-dengungkan orang. Nasib jutaan anak-anak, terutama di banyak negara berkembang dan miskin masih sering diabaikan. Menurut WHO (The World Health Organization), setiap tahunnya, 3 juta anak balita meninggal dunia akibat kerusakan lingkungan hidup. Di tahun 2000, tidak kurang dari 1,3 juta anak balita di negara-negara berkembang meninggal dunia akibat penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi air yang tidak sehat, serta buruknya kondisi sanitasi dan kesehatan pribadi. Ratusan ribu anak balita di seluruh dunia meninggal dunia akibat gangguan dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh pencemaran udara di dalam ruangan serta akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.
Laporan WHO di tahun 2002 menunjukkan bahwa anak-anak di seluruh dunia merupakan korban terbesar dari kerusakan lingkungan hidup. WHO juga menyebutkan bahwa hampir sepertiga beban penyakit yang ada di dunia ini disebabkan oleh kerusakan lingkungan hidup. Dan lebih dari 40% dari beban tersebut harus ditanggung oleh anak balita, yang nota bene jumlahnya hanya 10% dari total populasi dunia.
Ancaman terhadap keberlangsungan hidup anak berasal dari air yang tidak sehat, udara yang tercemar, pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya, serta kerusakan lingkungan alam. Buruknya kondisi sanitasi, pencemaran lingkungan serta pola pembangunan yang eksploitatif dan tidak memperhitungkan faktor keberlanjutan telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan fisik maupun mental anak-anak di seluruh dunia.
Buruknya kondisi sanitasi terutama di kota-kota besar dengan kepadatan penduduk tinggi menimbulkan permasalahan kontaminasi sumber-sumber air oleh bakteri coliform yang berasal dari tinja. Di beberapa sungai besar yang terdapat di wilayah Asia, kontaminasi bakteri faecal coliform lebih tinggi 50 kali dari standar yang ditetapkan oleh WHO. Kurang lebih sepertiga populasi dunia saat ini menghadapi kelangkaan air dan hampir di seluruh tempat di muka bumi ini mengalami penurunan tinggi muka air tanah (water table). Hal ini diakibatkan oleh perubahan kondisi ekologis dan modifikasi ekosistem. Pembalakan hutan, perubahan peruntukan daerah resapan air menjadi wilayah komersial telah mengakibatkan pula degradasi kuantitas air. Hal ini tidak memungkinkan terjaganya kondisi sanitasi yang lebih lanjut menyebabkan timbulnya penyakit pada anak-anak.
Air yang terkontaminasi menyebabkan penyakit yang dapat mematikan bagi anak. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan infeksi saluran pencernaan menyebabkan anemia, pertumbuhan yang lambat dan kematian pada anak.
Di banyak negara berkembang, kelangkaan air telah menyebabkan anak dan perempuan menghabiskan banyak waktu mereka untuk mencari air untuk kebutuhan sehari-hari. Seringkali sumber air tersebut jauh dari tempat tinggal mereka ataupun mereka terpaksa mengambil air dari sumber-sumber yang tidak layak. Hal ini juga telah menyebabkan banyak anak perempuan tidak dapat mengikuti pendidikan sebagaimana layaknya anak seumur mereka.
Penyebab lain pencemaran lingkungan adalah tingginya tingkat produksi dan pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun. Saat ini tidak kurang dari 100.000 jenis bahan kimia sintetis telah diproduksi secara komersial. Banyak diantara bahan kimia ini yang belum diketahui bahayanya, hanya sebagian kecil saja yang telah diteliti dan diketahui potensi dampaknya baik terhadap tubuh manusia maupun lingkungan hidup. Cepatnya laju industrialisasi, urbanisasi dan intensifikasi pertanian turut berkontribusi terhadap tingginya tingkat pencemaran lingkungan hidup akibat bahan-bahan kimia. Timbal, pestisida serta bahan kimia berbahaya dan beracun lainnya bersifat menetap di alam (tidak terdegradasi secara alamiah) dan dapat terakumulasi di jaringan tubuh makhluk hidup dan menimbulkan efek terhadap kesehatan.
Kontaminasi bahan kimia berbahaya pada anak-anak dimulai sejak dia berada dalam kandungan dan ketika bayi melalui air susu ibu yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya akibat akumulasi bahan kimia tersebut di tubuh sang ibu. Kontaminasi timbal –yang diantaranya berasal dari gas buang kendaraan bermotor—pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran prematur, kelahiran cacat, bahkan kematian janin. Kontaminasi timbal pada anak, terutama balita, mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental, dan lebih jauh dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak.
Setiap tahunnya terjadi 50.000 kematian prematur dan terdapat 400.000 kasus bronkhitis baru di 11 kota di wilayah Asia Timur yang diakibatkan oleh pencemaran udara. Enam puluh persen kematian akibat penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menimpa anak-anak di bawah umur 15 tahun, terutama di negara-negara berpendapatan rendah dan sedang. Secara global, ini setara dengan 2 juta kematian anak dan menempati urutan kedua penyebab utama penyakit pada anak balita.
Anak merupakan masa depan bangsa, begitu mudah hal ini diucapkan. Kenyataan sampai saat ini masih membuktikan bahwa pola pembangunan masih meminggirkan aspek keadilan, baik intra-generasi maupun inter-generasi. Pembangunan berkelanjutan yang menyatakan bahwa pembangunan seharusnya tidak mengkompromikan kebutuhan generasi yang akan datang masih sebatas pada slogan. Pembangunan masih menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai panglima dengan pola-pola ekstraksi alam secara habis-habisan demi meraup keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Segala hal dihalalkan untuk mencapai tujuan pembangunan yang hanya bermanfaat bagi segelintir orang. Kekerasan, penggusuran, kriminalisasi dilakukan secara telanjang oleh pihak-pihak yang seharusnya memberi perlindungan pada rakyat, pemegang kedaulatan yang sah, atas nama pembangunan.
Dalam 23 tahun perjalanannya, telah banyak yang dilakukan oleh WALHI, namun banyak tantangan masih menunggu di depan. Upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan keberlanjutan sumber-sumber kehidupan masih harus menempuh jalan yang panjang dan tantangan yang berat.
Di hari jadinya yang ke-23, WALHI mengajak seluruh pihak yang masih peduli kepada keberlanjutan kehidupan dan sumber-sumber kehidupan untuk menyatukan langkah dan menggalang solidaritas bersama untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Dibutuhkan suatu gerakan yang kuat dan masif untuk mengkoreksi arah pembangunan yang selama ini selalu meminggirkan rakyat dan lingkungan hidup serta keberlanjutan kehidupan generasi yang akan datang untuk bisa hidup secara layak dan bermartabat. Dibutuhkan segenap daya dan upaya dari setiap pihak yang masih peduli untuk saling bahu membahu meluruskan kembali arah reformasi dan mencegah kembalinya rejim otoriter yang menyengsarakan.
Di hari jadinya yang ke-23, WALHI menyatakan diri sebagai organisasi publik yang terbuka. WALHI mengajak semua pihak yang masih peduli akan nilai-nilai keadilan dan kelestarian untuk membangun gerakan bersama yang didasarkan atas prinsip-prinsip solidaritas universal, baik intra-generasi maupun antar-generasi.
Anda adalah gerakan ini!
Jakarta, 15 Oktober 2003
Sumber : Rully Syumanda, http://rullysyumanda.wordpress.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment