Wednesday, July 11, 2007

Bertemu Raksasa Keuangan & Periklanan


Papinto Badut Mendongeng berbasis teater Monoplay di Plasa untuk "Untung Beliung BRITAMA" BRI.

Wah gw dapet proyek nih....ndongeng 9 hari berturut turut di acara pemasaran produk "Untung Beliung Britama" Bank Rakyat Indonesia di Royal Plaza Surabaya. Malem itu selagi asyik nonton acara 4mata, tiba2 phoneku berdering Papinto...berapa fee untuk mendongeng 9 kali berturut turut? tanya Kak Henoch kolegaku. Setelah basa basi sejenak kusebutkan ...sekian juta, berani? ok, katanya besok kukabari. Benar, esok harinya angkaku diterima tanpa ditawar. Ini rejeki bulan Juli nampaknya...thanks God! Mendongeng dengan membawa pesan buat anak2 untuk "giat menabung", ceritanya macem macem...heran juga aku bisa lancar ngarang cerita dan membawakannya hanya dengan latihan sendiri di kamar. Sengaja aku menutup kamar untuk latihan berimajinasi dan berekspresi khususnya bila akan membawakan cerita baru. Cerita yang kubawakan Kisah Raja Sulaiman bersama Semut, lebah, kucing, tikus, angin, hujan, hutan, banjir, padi, si Nyoman, Si Kevin, Si Umar dll. Semua cerita ini kusisipi pesan "giat menabung" dan kuis2 tentang seputar dunia bank dan hewan2. Anak2 antusias menyambutnya bahkan kadang mereka larut dalam dongenganku...ya mereka ikut berlarian mengejar aku... ikut naik ke punggung Angin - sahabat Raja Sulaiman - terbang menuju angkasa...terbang menuju pulau kesejahteraan ...ke pulau impan dunia maya nan indah. Pada hari ke-6, Papinto berkesempatan bertemu dengan anak2 MATARI ADV. (salah satu raksasa bisnis periklanan dari Jakarta yang kiprahnya selama ini hanya bisa kubaca di majalah bisnis). MATARI bertugas sebagai Event Organizer dalam mengorganisasikan kegiatan lapangan program berkelanjutan Untung Beliung Britama, wah mereka rata2 relatif masih muda..energik lagi, semua masih dibawah 25 tahun, thanks ya..Abang2 en None2!. Terima kasih BRI.. terima kasih Untung Beliung Britama, semoga kemunculan sebagaian sosokmu yang "nge-progressive" dengan Untung Beliung ini, tidak menguburkan sosok tinggalan Belandamu yang konservative dalam berbisnis di kantung2 konsentrasi ekonomi di daerah pedesaan.



Annida Online
Rubrik : Psikologi Anak
Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Sejak Dini
Selasa, 18 Januari 05 - by : admin
Tanggungjawab, kreativitas dan mampu mengambil keputusan adalah sifat yang akan muncul pada anak jika jiwa wirausaha ditumbuhkan sejak dini. Sifat tersebut merupakan modal bagi keberhasilan hidup anak saat ia dewasa.

Ramalan beberapa ahli tentang gambaran masa depan dunia yang menuntut munculnya jiwa wirausaha pada tiap individu tak dapat disangkal lagi. Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negara menuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Maka mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua dan lingkungannya.

Peran orangtua dan guru
Wirausaha merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan membutuhkan banyak kreativitas. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.

Selain itu, peran lingkungan, semisal guru-guru, juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Mereka bisa berperan dalam membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus kreatif mengajar dan membuat soal. “Berikan kesempatan untuk berpikir alternatif.

Misalnya, jangan bertanya 5X5 berapa. Tapi, tanyalah berapa kali berapa saja sama dengan 25,” kata Zainun Mu’tadin, S.Psi, M.Psi, Dosen Psikologi UPI YAI.
Dengan kreativitas orangtua dan guru, anak dilatih memiliki beberapa alternatif jawaban dan solusi. Alternatif tersebut akan melatih anak mampu mengambil keputusan yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.

Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang cukup baik, kreatif, inovatif, dan selalu mencari sesuatu hal yang baru untuk bisa dikembangkan. Sayangnya, menurut Zainun, hal-hal tersebut di sekolah kurang mendapat perhatian. Kebanyakan sekolah masih terfokus pada pengembangan kecerdasan intelegensi saja.

Sementara kreativitas masih kurang dikembangkan.
Padahal pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilah modal dasar untuk menjadi enterpreuner. Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab. Sisi positif lain dari pengembangan sikap ini adalah terbangunnya rasa tanggung jawab pada semua hal yang dilakukan. Menurut Zainun, bila banyak orang di Indonesia memiliki jiwa enterpreunership, maka jumlah koruptor juga akan sedikit. “Bila kelak anak tersebut dewasa dan mengambil kredit di bank, ia akan bertanggungjawab mengembalikan dan tidak akan kabur,” kata psikolog yang menamatkan studinya di UI ini.

Latihan bertahap
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilet training untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya sampai anak mampu membuang kotoran di tempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahap dan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.

Latihan lain, misalnya melatih anak untuk dapat membereskan mainan selesai bermain dan meletakkan mainan di tempatnya. Hal ini juga merupakan latihan untuk bertanggungjawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan. Ini mainan saya diletakkan di sini. Ini mainan kakak, kalau mau pinjam, harus ijin dulu. Sifat tersebut, menurut Zainun, adalah awal untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak.

Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu. Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli. Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainan atau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk membelikannya. Aturan itu harus sudah disepakati sejak awal.

Latihan seperti ini sudah dapat dilakukan sejak anak berusia dua tahun. “Jangan anggap anak tidak mengerti apa-apa dengan mengatakan ‘Ah, masih anak kecil’. Padahal sejak kecil pun anak sudah mampu berkomunikasi,” tutur ayah satu orang putra ini.

Bisnis kecil-kecilan
Setelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan berbisnis kecil-kecilan. Biasanya bisa dilakukan pada usia sekolah. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat diajarkan jual beli.
Pada tahap ini anak diajarkan untuk mengenal usaha untuk mendapatkan sesuatu, dengan kata lain bisnis kecil-kecilan.

Misalnya, anak bisa diajarkan menjual barang hasil karyanya, saperti es mambo, kue, dan lain-lain. “Ini tidak disarankan untuk dilatihkan, tapi sebenarnya bisa,” ujar Zainun. Syaratnya, tahapan ini bisa dijalankan bila orangtua sudah mengajarkan cara mengelola uang terlebih dahulu. Sehingga anak sudah terbiasa untuk menabung dan mengatur uangnya dengan baik. Dengan demikian uang yang mereka dapat tak segera dihabiskan untuk hal-hal yang tak perlu.

Cara yang dipakai oleh David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, agaknya layak ditiru. Owen mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat “Bank Ayah”, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yang dikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh pada anak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.

Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu dengan mengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambah saldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis. Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak-anaknya. Owen sendiri berhasil mendirikan sebuah perusahaan pialang saham yang bernama "Dad and Co”.

Jadi sejak dini jiwa wirausaha baik untuk ditanamkan. Inti dari kewirausahaan adalah bagaimana menanamkan cara untuk berusaha, memecahkan permasalahan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang dia lakukan. Sangat positif, bukan?
(Sarah Handayani/Bahan :Ami)

Annida Online : http://www.ummigroup.co.id/
Versi Online : http://www.ummigroup.co.id//?pilih=lihat&id=27

Monday, July 9, 2007


Papinto Badut berbela sungkawa atas terjadinya musibah kecelakaan beruntun di kala liburan sekolah.

7 Juli 2007
Bus Liburan Sekolah Masuk Jurang di Cianjur 15 orang murid tewas.
8 Juli 2007
6 Siswa SMPN *7 Jakarta Selatan tewas menghirup gas beracun Kawah Ratu Gunung Salak Kabupaten Bogor


PESAN BUAT ANAK2KU BILA AKAN BEPERGIAN
DENGAN WAHANA BERGERAK.


Anakku,
Ketahuilah bahwa negerimu dilingkari "cincin api" oleh gugusan gunung berapi dan asset negerimu berupa gugusan pulau berlaut luas sehingga sangat terbuka untuk memiliki kondisi cuaca yang gampang berubah secara ekstreem, itu artinya engkau akan selalu dalam lingkungan "potensi kecenderungan bahaya"
baik didarat, laut ataupun udara selama hidupmu.
Anakku,
Ketahuilah bahwa oleh sebab adanya lingkaran "cincin api" ini, kontur permukaan tanahmu cenderung tidak merata, naik turun, miring, berlumpur permukaan, mudah longsor sehingga jalan kendaraan yang kau bangun akan mengandung "potensi kecenderungan bahaya".
Anakku,
Ketahuilah oleh sebab itu kamu harus berusaha keras sekeras kerasnya bila kamu besar nanti:

>> untuk memiliki organisasi pemantau/pengingat bahaya ini untuk berkarya profesional maksimal dengan memasang papan peringatan bahaya di daerah tujuan wisata dan daerah jangkauan publik lain yang memiliki "potensi kecenderungan bahaya",

>>untuk menindak dengan keras atas kelalaian para pengusaha angkutan yang tidak melaporkan secara berkala kondisi teknis seluruh armada angkutannya,

>>untuk memberi sangsi bagi siapa saja yang tidak melaporkan selama 1 pulsa telephone kepada DLLAJR/ORGANDA terdekat untuk mendapatkan petunjuk lisan langsung karena akan mengangkutmu secara massal bila hendak bepergian keluar kota.

>>untuk selalu berusaha memantau laporan hasil test kondisi psikologis para sopir wahana angkutan massal secara berkala.





Santunan Kecelakaan Urusan Siapa?

Pengantar

Sampai saat ini, sebagian besar masyarakat masih ragu terhadap perusahaan asuransi. Karena bisnis asuransi merupakan bisnis kepercayaan seperti perbankan, asuransi apa pun yang ingin bertahan, haruslah mampu memberi bukti dan bukan sekadar mengumbar janji. Redaksi

Pembaruan/Jurnasyanto Sukarno

ASURANSI KECELAKAAN - Peristiwa kecelakaan di ruas jalan tol Rawamangun, Jakarta Timur. PT Jasa Raharja ditugaskan negara, lewat Undang-Undang No 33 dan 34 Tahun 1964, memberikan santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas, baik yang meninggal dunia, cacat seumur hidup, maupun luka-luka.

BISA dipastikan, tak seorang pun di dunia ini menghendaki adanya musibah. Sayangnya, musibah itu datangnya selalu pada waktu dan tempat yang tak bisa diprediksi oleh siapa pun. Masih hangat di ingatan kita, musibah kecelakaan pesawat Lion Air di Bandara Adi Sumarmo Solo, 30 November 2004, yang merenggut nyawa 25 penumpang dan awak pesawat. Peristiwa itu terjadi begitu cepat dan tak diprediksi sebelumnya. Tangis sedih sanak keluarga yang kehilangan orang terkasihnya tak bisa dielakkan.

Dalam situasi yang demikian, orang baru terhenyak betapa pentingnya asuransi dalam kehidupan ini. Sayangnya, kesadaran itu tak bertahan lama. Begitu musibah itu berlalu, berlalu pula ingatan orang akan pentingnya asuransi. Hal itu wajar terjadi, karena sampai saat ini sebagian besar masyarakat masih ragu dengan perusahaan asuransi di Indonesia, baik itu asuransi jiwa, umum, maupun asuransi sosial.

Kalau toh ada sebagian warga yang ikut program asuransi, khususnya mereka yang bekerja, biasanya karena sudah merupakan bagian dari peraturan kantor. Artinya, mereka mengikuti asuransi seperti asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) karena "diharuskan" perusahaan tempatnya bekerja, bukan atas dasar kesadaran pribadi.

Sekalipun demikian, masih banyak juga yang masih mempertanyakan mengapa harus masuk asuransi Jamsostek. Apalagi, kalau mereka diminta untuk berasuransi secara suka-rela. Seribu satu alasan akan meluncur dari mulut, baik itu alasan yang berkaitan dengan keimanan maupun alasan sosial dan penghasilan yang pas-pasan. Artinya, ada seribu satu cara untuk menghindari asuransi.

Semua itu terjadi karena masyarakat sudah telanjur memiliki citra yang tidak bagus terhadap asuransi. Di mata sebagian masyarakat, asuransi tak lebih dari pengeluaran tambahan yang hanya membebani mereka tanpa keuntungan yang jelas. Apalagi, banyak kasus terjadi, klaim yang dilakukan tidak bisa dicairkan karena berbagai alasan. Misalnya, persyaratan yang tak lengkap, tidak sesuai dengan perjanjian dalam polis, atau berbelit-belitnya proses untuk mendapatkan klaim tersebut. Alhasil, sebagian masyarakat kemudian menjadi apatis terhadap asuransi.

Tidaklah salah memang, karena bisnis asuransi merupakan bisnis kepercayaan seperti perbankan. Karena itu, asuransi apa pun yang ingin bertahan, haruslah mampu memberi bukti dan bukan sekadar mengumbar janji. Problematika itu juga yang dihadapi oleh asuransi Jasa Raharja.

Di tengah ketidakpastian itu, PT Jasa Raharja selaku penyelenggara asuransi sosial terus berupaya memberikan bukti kepada masyarakat khususnya mereka yang menjadi korban kecelakaan.

Perusahaan asuransi milik negara ini memang sedikit berbeda dengan perusahaan asuransi lainnya. Secara khusus, PT Jasa Raharja ditugaskan negara, lewat Undang-Undang No 33 dan 34 Tahun 1964 untuk memberikan santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas, baik yang meninggal dunia, cacat seumur hidup, maupun yang menderita luka-luka. Uniknya lagi, jumlah nasabahnya pun tak terbatas. Artinya, semua penduduk Indonesia, yang menjadi korban kecelakaan secara otomatis akan mendapatkan santunan dari Jasa Raharja, walaupun mereka tidak pernah membayar premi. Jadi, bila suatu saat seorang pejalan kaki menjadi korban kecelakaan, ia secara otomatis akan mendapatkan santunan dari Jasa Raharja layaknya seorang nasabah asuransi. Sekalipun si korban itu tak pernah membayar premi asuransi kecelakaan.

Premi

Kalau demikian, dari manakah perusahaan ini mendapatkan preminya? Dalam Undang-Undang No 33/1964 disebutkan, perusahaan ini berhak menghimpun premi dari masyarakat berupa iuran sumbangan wajib dari seluruh penumpang angkutan umum baik darat, laut, maupun udara. Selain itu, sesuai amanat UU No 34/1964, perusahaan ini diberi kewenangan penuh menghimpun premi dari sumbangan wajib pemilik kendaraan bermotor. Pungutan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yakni Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

Sedangkan untuk penumpang angkutan baik darat, laut, atau udara, premi dikumpulkan operator yang selanjutnya disetorkan ke Jasa Raharja. Biasanya, premi itu sudah merupakan satu paket dengan biaya yang harus dibayar oleh penumpang/pengguna jasa angkutan yang bersangkutan.

Karena itu, walau tidak ada bukti-bukti layaknya per-usahaan asuransi lainnya, setiap korban kecelakaan berhak mendapatkan santunan dari Jasa Raharja dan perusahaan ini pun memiliki kewajiban menyantuni setiap korban kecelakaan. Pegangannya hanya satu, yakni UU No 33 dan 34 Tahun 1964.

Sekali pun tak ada perjanjian tertulis antara pemegang polis dan perusahaan asuransi, tetapi sejauh ini PT Jasa Raharja mencoba tetap konsisten menjalankan amanat Undang-Undang tersebut. Tak hanya sampai di situ, sebagai salah satu penyelenggara asuransi sosial, Jasa Raharja juga terus berupaya meningkatkan kemampuannya, baik di bidang manajemen sumber daya manusia maupun di bidang keuangan. Setidaknya pada akhir 2004, perusahaan ini telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada 10 dari 27 cabang di seluruh Indonesia.

Selain itu, pada 2004 pula, perusahaan ini mampu membukukan angka Risk Based Capital (RBC/rasio kecukupan modal dibanding risiko yang harus ditanggung) sebesar 281,17 persen atau berada jauh di atas persyaratan Departemen Keuangan yakni 120 persen. Barangkali, karena kekonsistenan dan prestasinya itulah yang membuat Departemen Keuangan memberikan predikat sehat sekali untuk penilaian kinerja BUMN bagi PT Jasa Raharja.

Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi Indonesia (YLKAI) juga mencatat selama lima tahun terakhir ini pihaknya hanya menerima tiga pengaduan terkait dengan asuransi kecelakaan yang dikelola PT Jasa Raharja. Padahal, selama lima tahun terakhir YLKAI menerima 489 pengaduan berkaitan dengan asuransi. Dari jumlah itu, sebagian besar terkait dengan asuransi jiwa, yakni 301 pengaduan, disusul asuransi kesehatan 23, asuransi kerugian 25, asuransi hari tua 41, dan jaminan sosial tenaga kerja satu pengaduan.
Harus diakui, Jasa Raharja sendiri dari waktu ke waktu terus memperbaiki diri, khususnya berkaitan pelayanan kepada masyarakat. Aspek akuntabilitas dan keterbukaan coba diterapkan dengan membuka saluran telepon bebas pulsa bagi masyarakat dan juga akses internet di www.jasaraharja.co.id. Lewat kedua sarana itu, mereka berharap masyarakat yang memiliki masalah atau ingin mendapatkan informasi mengenai asuransi kecelakaan yang dikelolanya bisa segera mendapatkannya.

Mereka juga berupaya mempercepat proses pengurusan klaim bagi korban kecelakaan yang tak lebih dari sepekan sejak pengajuan dilakukan. Hal itu setidaknya bisa menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat, sekaligus mengubah citra masyarakat bahwa pengurusan klaim asuransi itu sulit dan berbelit.

Peranan

Lepas dari semua itu, sesungguhnya peranan asuransi kecelakaan terasa begitu penting. Terutama, bagi mereka yang sebagian besar waktunya habis di perjalanan atau karena tugas dan pekerjaannya mengharuskan orang yang bersangkutan banyak melakukan perjalanan dinas. Apalagi, angka kecelakaan dalam lima tahun terakhir dengan korban meninggal juga cukup tinggi, yakni 130.873 orang. Artinya sekitar 26.000 orang meninggal setiap tahunnya karena kecelakaan.

PT Jasa Raharja sendiri mencatat dalam lima tahun terakhir telah memberikan santunan kepada 395.061 korban kecelakaan lalu lintas. Dari angka itu, 130.873 orang dinyatakan meninggal dan 264.188 lainnya cacat tetap dan luka-luka.

Dirut PT Jasa Raharja, Darwin Noor dalam suatu kesempatan mengatakan, khusus untuk korban penumpang pesawat udara selama lima tahun terakhir, dari 1999 hingga 2004, pihaknya telah membayar santunan Rp 2,1 miliar. Jumlah itu diberikan kepada korban meninggal dunia sebanyak 40 orang dan luka-luka sebanyak 53 orang.

Ia mengatakan, selain menjadi keprihatinan bersama karena tingginya angka dan korban kecelakaan, yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak adalah persentase terbesar dari jumlah korban kecelakaan itu masih dalam usia produktif. Kondisi itu sudah selayaknya pula menjadi keprihatinan bersama seluruh elemen bangsa untuk melihat bahwa asuransi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita.

Hal itu juga menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku asuransi. Apalagi, di era yang semakin global ini, kehadiran asuransi memang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Tetapi, masyarakat juga tidak akan apatis kalau pelaku asuransi, khususnya PT Jasa Raharja selaku penyelenggara asuransi sosial, melakukan berbagai terobosan. Belum lagi, persaingan di industri bisnis asuransi yang kian ketat dewasa ini. Karena itu, tidak ada cara lain, Jasa Raharja harus melakukan terobosan baru dan mendekatkan diri kepada konsumennya.

Jasa Raharja harus mampu menjawab tantangan, berasuransi tidaklah rumit. Apalagi, masih banyak warga masyarakat yang belum tahu, ia sesungguhnya memiliki hak untuk mendapatkan santunan jika mengalami kecelakaan di jalan raya.

Untuk itu, langkah jemput bola dengan memberikan berbagai penyuluhan ataupun memberikan hak kepada mereka yang sudah sepatutnya menerima, merupakan salah satu alternatif yang bisa ditempuh Jasa Raharja. Dalam kaitan ini, langkah untuk mendatangi korban dan keluarganya tanpa pandang bulu merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, sekaligus memasyarakatkan asuransi kecelakaan di hati masyarakat.

Artinya, kalau Jasa Raharja ingin merebut hati masyarakat, tidak ada pilihan lain, Jasa Raharja harus mengubah diri sesuai dengan tuntutan zaman dan lebih mendahulukan kepentingan korban kecelakaan, sebagai pemegang hak polis untuk mendapatkan santunan. Artinya, Jasa Raharja harus hadir dalam setiap kesempatan jika ada masyarakat yang menjadi korban kecelakaan tanpa peduli siapa pun dia.

Paling tidak, masyarakat akan selalu ingat, jika ada kecelakaan, mereka tahu dengan siapa harus berurusan khususnya menyangkut santunan. Hanya dengan cara itu Jasa Raharja akan mampu eksis, sekaligus merebut hati masyarakat untuk berasuransi.

PEMBARUAN/PAULUS C NITBANI


Last modified: 28/1/05


SUARA PEMBARUAN DAILY

www.suarapembaruan.com

Friday, July 6, 2007

Liburan...Maen Catur Yuk!


Papinto Badut :" Bermain catur, bermain strategi dalam menata langkah kehidupan"
Sudah 3 hari ini 2 orang keponakanku dari Bekasi berlibur ke Surabaya, Fiona (13TH) begitu turun dari mobil langsung bilang "Papinto, maen catur yuk!", katanya menantang. "Lho apa kamu udah bisa?" jawabku "ya bisa dong, akukan belajar dari internet!" katanya tangkas. Kamipun bermain catur mengisi liburan kali ini. Permainan pembukaan yang dia ajukan e2-e4, langkah buka formasi Sisilia, sementara aku yang pegang buah hitam membalas dengan pertahanan Reti. Alhasil skore sore itu 1-1, aku sengaja berpikir main-main supaya dianya senang dapet ngalahin aku. Aku suka dan merasa senang sekali ia bisa melangkahkan buah catur meski dalam tahapan langkah pemula. Aku mengenal catur usia 7 tahun, belajar sendiri tanpa guru. Kalo lagi suntuk aku suka maen catur sama tetangga sebelah, itung2 buat bina kerukunan he..he..he..CATUR CATUR CATUR, ya catur inilah permainan asah otak yang akan membawa rakyat Indonesia dapat berfikir strategis kelak, mau megakui kekalahan, mau mengakui bahwa orang lain ternyata lebih kuat darinya. Catur menyuguhkan banyak ilmu kebijakan2 al. mencoba membaca pikiran lawan, bagaimana menghitung untung rugi, berpikir futuristik jauh kedepan, ilmu strategi, ilmu pertimbangan, pertukaran untuk meraih posisi, posisioning, menimbang waktu, kecepatan mengambil keputusan, kekawatiran/antsipasi, daya tahan/kecepatan berpikir/mengambil keputusan dan lain lain. Kekuatan "sayap kiri" dan "sayap kanan" diperlakukan sebagai partner yang saling berinteraksi, berkolaborasi, bersinergi untuk meraih sasaran antara, strategis dan utama, pengorbanan taktis untuk meraih waktu, posisi dan kemenangan babak akhir. Ya...ayo ajarin anak anda bermain catur agar tak selalu larut dalam tayangan tv yang membodohkan. Ya ...ayo ajarain anak2 bermain catur agar bisa merasa dekat satu dengan yang lainnya. SKAK!

Catur Bukan Buat Pemalas

Sekolah boleh aja belum genap sebulan mulai. Tapi, sejumlah SMA di Bandung langsung berpartisipasi dalam gelaran Dynamite Fun Chess Road To School sejak 24 Januari - 3 Februari 2005 ini. Terbilang ada sepuluh sekolah yang terlibat: SMAN 15, SMAN 12, SMA Sumatra 40, SMA YWKA, SMAN 1 Lembang, SMAN 9, SMA Angkasa, SMAN 7, dan SMA Pasundan.

Pak Sugeng, ketua panitia, mengatakan acara serupa sudah digelar di kota-kota besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah, seperti Surabaya dan Semarang. Tanggal 7 Februari nanti akan disusul oleh Jakarta. "Rencananya akan ada sepuluh sekolah di Jawa Barat lagi yang akan diundang," katanya. Dari setiap sekolah akan dipilih dua orang terbaik untuk mewakili tiap propinsi untuk bertanding di ajang nasional.

Karena di setiap sekolah digelar sehari, nggak heran kalau acaranya adalah perkenalan dasar. Tapi, perkenalan dasar dalam dunia catur itu nggak lain adalah bertanding. So, ada ajang catur cepat. Catur cepat ini simpelnya tiga langkah langsung skak. Selain itu ada catur simultan melibatkan banyak peserta bersama-sama. Perkenalan ini dipandu pihak Percasi yang ternyata juga tutur bertanding. Hasilnya? Di SMA YWKA, ada siswa kelas II yang berhasil mengalahkan orang Percasi!

Akal & Strategi

Catur mungkin bukan jenis olahraga yang populer di kalangan Belia, apalagi bila dibandingkan dengan sepak bola, basket, atau bilyar. Nah, justru karena alasan itulah event ini digelar.

"Orang beranggapan catur itu olahraga orang pemalas. Padahal akal dan strategi berperan sangat besar dalam catur," jelas Pak Sugeng. Well, kalau mau mahir, mau nggak mau memang harus rajin berlatih. Jauh banget kan dari kesan malas?

Ternyata pesertanya nggak bisa dibilang sedikit, loh. Andi, siswa kelas III IPA 1, contohnya. Dia mulai main catur sejak kelas I SMP. Walaupun nggak berniat mendalami dunia catur secara serius, catur memang hobinya. "Ini pengalaman pertama ikut pertandingan catur. Bagus buat pengalaman," katanya senang walaupun nggak jadi pemenang. "Saingannya banyak dan hebat-hebat," tambahnya.

Sejarah

Selain melatih akal agar mampu berpikir dan bertindak tepat dan cepat, catur punya manfaat lain, loh. Ada yang berpendapat bahwa catur lebih dari sekadar keterampilan, tetapi juga pelajaran sejarah abad pertengahan.

Catur sudah dimainkan sejak lama di Cina, India, dan Persia. Dari mana asal catur sendiri masih jadi perdebatan banyak orang, Cina atau India. Pada abad ke-8 M, orang Moor menyerbu Persia. Mereka belajar catur dari orang Persia. Kemudian orang Moor menyerbu Spanyol dan mengenalkan permainan catur ini. Dari Spanyol, catur menyebar ke seluruh Eropa

Nah, di abad ke-16 catur mulai memperoleh bentuknya seperti yang dikenal sekarang. Orang Eropa menyebut bidak catur sesuai cara dan gaya hidup mereka di abad pertengahan. Katanya sih karena mereka susah memakai istilah Persia. Nggak heran ada nama-nama yang khas abad pertengahan, seperti raja, kuda, benteng, dan lain-lain. Cara melangkahkan bidak-bidak ini menggambarkan porsi kekuasaan setiap posisi dalam sistem kerajaan di abad pertengahan. Canggih, ya.

Dibandingin dengan game-game action RPG yang berlatar belakang medieval age, catur bisa jadi kalah secara visual. Namun, dalam catur ada interaksi langsung dengan lawan (manusia). Dan, sebenarnya catur populer loh. Di komputer dan handphone, nggak sedikit yang menyertakan catur sebagai game bawaan. Tahun 1970-1980-an catur malah jadi suatu cara dari seorang bapak mengetes calon menantu. Kalau ketauan lemotnya, mampus aja!

Nah, mereka yang dulu "dites" ini, sekarang sudah jadi bapak-bapak yang mungkin punya anak cewek cute seumuran Belia. Kalau kamu ngebet mereka hati-hati aja. Jangan-jangan...
Sumber : www.pikiran-rakyat.com

Monday, July 2, 2007

Popularitas Berkesenian, perlu tapi yang melanggengkan !



Papinto Badut Kangen Neno Warisman dan Sujiwo Tejo
Bertemu Mbak Neno di acara Surabaya Book Fair 2007 oleh IKAPI Jatim sungguh sesuatu yang amat menggelorakan, betapa tidak... Neno yang sekarang nyaris tak berbeda dengan Neno 20 tahun yang lalu di Bandung...masih demikian cantik, mata tajam indah berbinar, suara yang tajam merdu mendayu namun agak sedikit gemuk, maklum sudah jadi seorang ibu. Si Pemerhati anak ini sempat bertemu satu panggung dengan Papinto di Bandung tahun 1987, Papinto jadi MC acara pesta kampus, sedang Neno berkesempatan menyanyi. Di Surabaya, Neno aku daulat untuk memberi ucapan selamat dan tanda tangan pada plakat PANDORA (Paguyuban Pendongeng Surabaya) sebuah wadah organisasi pendongeng Surabaya yang aku gagas berdirinya. Terima kasih Neno...ternyata kamu masih ingat ketika aku menyebutkan sebuah nama padahal 20 tahun telah berlalu. Bagaimana dengan Sujiwo Tejo, si dalang edan atawa si pendongeng wayang kulit atawa seniman serba bisa. Wah, aku terpesona lho dengan penampilannya yang terkesan santai dan akrab di acara Festival Seni Surabaya 2007, nampaknya Cak Tejo mencoba bermain main dengan humor fabel, kritik politisi, ludrukan yang dibalut dengan jazzy music look bersama 4 personal bandnya. Iapun menguraikan betapa sulitnya memasarkan musik khusus garapannya, bahkan ada sebuah radio yang tak mau memutar lagunya sebab katanya pendengarnya yang ga sejalan bakal lari menjauh. Sabar Cak Tejo, aku yang di tribun penonton melihat betapa antusias penikmat senimu melahap semua suguhannmu, bahkan tahu ga aku ga kebagian karcis sampe sampe harus memelas pada panitia untuk beli tiket masuk walaupun dengan berdiri di buritan.
Cak Tejo sempat kutanya tentang masa depan profesi pendongeng Indonesia yang masih suram dan belum bisa diharapkan sebagai gantungan hidup. Teruslah berkarya, Cak! bukankah kita sudah 7 tahun sepanggung dalam membesarkan sebuah kelompok teater tradisional di Bandung..lalu hasilnya terasa manis hingga kini dan tidak mengecewakan? Bravo Cak Tejo dan Mbak Neno.!


Memaknai Karya Seni Berkualitas
Oleh Nelson Alwi

Kesenian adalah satu dari sekian banyak lapangan kegiatan, yang tak mungkin diberi batasan secara konkret. Sedang hidup menyeni atau aktivitas serta kreativitas seniman kurang lebih menyerupai sebuah perkalian menuju abstraksi-abstraksi kesimpulan. Suatu perkiraan yang bermuara pada ciri-ciri, yang mencuat menandai kualitas karya yang dihasilkan.

Karya yang dihasilkan, di satu sisi, tidak lebih dari sejenis hiburan yang melelapkan dan untuk seketika mampu mengalihkan perhatian dari rutinitas hidup sehari-hari - sehingga terbebas dari berbagai kegelisahan yang berpijak pada identitas diri selaku makhluk berakal budi. Sementara di sisi lain, selain memiliki sifat dan peran menghibur, karya yang dihasilkan juga akan menuntun sang penikmat ke lingkungan kesadaran untuk bereksistensi.

Masalahnya sekarang, di manakah seorang pekerja seni berdiri? Untuk menjawabnya diperlukan sikap tegas dan visi yang jelas mengenai hidup berkesenian! Apakah ia hendak melacurkan atau cuma memperkedok kesenian, atau sebaliknya ingin menghormatinya?!

Kadang-kadang seniman sendiri memang harus menghadapi problem fundamental menyangkut keyakinan (ke)hidup(an) yang dianggap baik dan wajar. Dan, ini sering menjebak serta menggiring sang seniman ke lingkar permasalahan yang tiada bertali-temali dengan pandangan kesenian berorientasi jauh ke depan. Dengan kata lain, seorang seniman seakan sudah merasa puas mengutak-atik alias memanfaatkan instrumen kesenian untuk mencapai kemajuan (finansial) dan perbaikan diri pribadi, lalu melangkah menuju kondisi dunia seni yang vulgar.

Dalam keadaan demikian, bukan tidak mungkin, seorang seniman melancarkan pelecehan nilai-nilai: menyetarakan atau mencampuradukkan pengertian seni yang berkualitas dengan seni yang semata-mata bersifat menghibur - seperti pernah dilakukan Deddy "Miing" Gumelar (1991).

Sebagaimana diketahui, "Pelawak bermobil MBW" itu pernah mengungkapkan bahwa kegagalan karya seni selama ini disebabkan senimannya tidak mengerti selera masyarakat. Pernyataan tersebut menyiratkan fatwa bahwa "pasar"lah yang menentukan keberhasilan karya seni. Padahal, esensinya justru seniman melalui karyanya yang harus berperan mengubah atau memperbaiki selera rendahan masyarakat.

(Mengingat kapabilitas dan kredibilitas Miing saya jadi curiga, jangan-jangan dia cuma sekadar membanyol atau meledek seniman yang hijau matanya melihat uang. Dan, itu sah-sah saja kiranya. Siapa pun wajib mengarifi adanya ketidakpastian arah dan cita-cita yang mempengaruhi seseorang - seniman).

Matthew Arnold, pemikir kebudayaan asal Inggris, memandang keutamaan (per)puisi(an) sebagai kritik kehidupan yang disampaikan melalui kata serta kalimat terseleksi yang serba ringkas. Sementara Herbert Read, lewat bukunya yang masyhur, The Politics of the Unpolitical berpendapat, kesenian (pada umumnya) adalah sejenis kegiatan intelektual. Selanjutnya bisa dikatakan, kesenian merupakan ekspresi dari emosi dan insting jiwa (manusia) seniman yang paling dalam, suatu aktivitas sungguh-sungguh yang senantiasa membuat orang hidup bergairah sepanjang masa

Pada gilirannya kesenian (baca: karya seni) memang jadi begitu berarti dan mengharukan. Kadarnya ditentukan oleh takaran nilai-nilai yang dikandungnya, yang selalu survive.

Sejarah membuktikan, para pakar tidak dapat membedakan peradaban kecuali dengan meneliti karya seni-karya seni yang mewakilinya. Barang-barang dari tanah liat, lempengan koin atau mata uang logam, pahatan atau goresan berupa huruf, flora, fauna dan lain sebagainya, yang dipatrikan di dinding gua maupun batu mejan, jauh lebih awet lagi mengesankan ketimbang sejumlah nama kaisar, pahlawan atau medan pertempuran.

Artinya, karya seni tampil lebih langsung melalui bentuk dan style yang diketengahkannya - yang akan menjadi ukuran bagi kemurnian suatu peradaban. Di samping itu, karya seni "bicara" dengan bahasa yang jernih, menceritakan status serta karakter zaman tertentu. Karya seni tidak hanya mengabari kita tentang pemujaan masyarakat terhadap bulan, bintang dan matahari atau (telah) adanya kepercayaan atas hidup sesudah mati, akan tetapi juga menawarkan pengertian-pengertian, ilmu pengetahuan berikut segala sesuatu yang, karena faktor-faktor keterbatasan, belum tentu dapat diperoleh dari sumber-sumber lain.

Namun golongan yang sinis boleh jadi berkomentar, umpamanya, nilai apakah yang akan tetap survive dari sajak-sajaknya Sutardji Calzoum Bachri atau cerpen-cerpen Danarto maupun novel-novel Iwan Simatupang?! Apakah elemen-elemen atau gayanya? Ya, apakah yang hendak dipetik dari sajak berikut cerita absurd dan tidak memenuhi kaidah-kaidah perpuisian dan penceritaan yang berlaku umum itu?

Kita semua barangkali perlu menyadari, bahwa substansi dan kelebihan karya seni mencakup gagasan-gagasan serta tindakan-tindakan yang unik alias lain dari pada yang lain. Pada mulanya, ada kalanya orang mencurigai atau membenci, katakanlah, misalnya, arsitektur Gothic yang seabad setelah diproklamasi dan dipresentasikan baru diserbu para pengagum yang berlomba-lomba mengagung-agungkan gayanya yang memang khas dan unik. Sementara di hadapan kita sendiri juga pernah terjadi, betapa menggemparkan sejarah roman Belenggu karya Armijn Pane: ditolak oleh Penerbit Balai Pustaka, dicela berbagai kalangan (intelektual) zamannya, namun akhirnya tak urung dipuji dan disanjung serta dipandang sebagai salah satu karya sastra Indonesia modern yang paling monumental.

Pada hemat saya, memang demikianlah skala prioritas atau ukuran nilai-nilai estetika karya seni yang ideal. Kesenian toh bukan cuma tergantung pada keahlian teknis maupun kepopuleran (sesaat) sebagaimana disinyalisasi Eugene Johnson lewat The Encyclopedia Americana (1980).

Kesenian atau karya seni lahir dari dan berdasarkan suatu panggilan serta kebutuhan situasi. Kesenian atau karya seni adalah budi bahasa, keikhlasan, keluwesan dan juga form. Dan karya seni yang berkualitas lagi takkan dilupakan dibangun di atas berbagai pondasi kemungkinan: kreativitas, cara, gaya, sikap, tingkah-laku dan sopan-santun tindakan dalam berkesenian. ***

Penulis, peminat sastra budaya, tinggal di Padang
Sumber : www.suarakarya-online.com