Tuesday, June 26, 2007

Perpustakaan, Tempat Belajar Alternatif

(suasana kumpul baca di sebuah perpustakaan anak - Serpong)

Papinto Badut Mendongeng Di Perpustakaan Anak
Setelah menunggu kesempatan tampil selama 2 minggu, akhirnya aku bisa bertemu dengan komunitas pembaca perpustakaan anak di Perpustakaan PEMPROV JATIM, Jl. Menur Pumpungan - Surabaya. Aku dikerubutin melingkar kl 40 anak2 usia SD dan TK yang hanyut oleh tinkah polahku dalam menyampaikan dongeng Kisah Raja Sulaiman - Singa Yang Rakus kl selama 30 menit. Disini aku mentasbihkan diriku sebagai Fabelis (pendongeng dunia binatang) yang tokoh2nya kupinjam untuk menyampaikan pesan moral dan tak takut untuk terjebak sebagai "aksi menggurui". Kisah Raja Sulaiman ini menarik sebab konon sang raja dapat berbicara dengan binatang dan asset/ gejala alam (angin, air, petir dll). Setelah mendongeng ada sesi door prize berupa buku cerita yang bikin ramai riuh rendah. Mendongeng di tempat resmi seperti ini aku bersikap sangat hati2, syukur semuanya berjalan lancar. Terima kasih buat seluruh staf perpustakaan anak PEMPROV JATIM.


Perpustakaan Masa Depan Berpotensi Menjadi Tempat Belajar Alternatif
Jakarta, 9 Agustus 2005 – Image perpustakaan yang sekedar sepi, dan membosankan terhapus dari benak mahasiswa dari 12-universitas se-DKI yang mengunjungi Perpustakaan Umum Jakarta Selatan (PUJS) di Jakarta Selatan dan Perpustakaan Mangkal Yayasan Pustaka Kelana Rawamangun Jakarta kemarin yang diterima langsung oleh pimpinan masing-masing perpustakaan, Bapak Abdullah HM dan Ibu Nasti M.Reksodiputro.

Kedua perpustakaan tersebut sudah dikembangkan menjadi Pusat Pembelajaran dimana para anggotanya tidak sekedar meminjam buku akan tetapi juga bisa bertukar informasi dan mengembangkan jaringan sesama anggota serta menjadi tempat mengembangkan bakat kerajinan tangan yang bisa menghidupi perpustakaan itu sendiri.

Titie Sadarini, Ketua Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dalam sambutan peringatan HUT ke-5 CCFI mengatakan: ”Ini adalah sebuah contoh perpustakaan yang apabila dibimbing dengan baik, maka akan menjadi perpustakaan masa depan yang tidak sekedar menjadi tempat simpan pinjam tapi bisa menjadi pusat belajar yang menarik dan efektif”.

Pendidikan yang merupakan kebutuhan setiap anak masih menghadapi banyak masalah di Indonesia, mulai dari kendala biaya hingga tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Coca-Cola Foundation Indonesia, sejak berdirinya tanggal 8 Agustus 2005, terus berikhtiar untuk melakukan program yang mendukung pendidikan, antara lain melalui program pengembangan perpustakaan sebagai Rumah Belajar atau juga dikenal dengan Learning Center (LC).
24 Perpustakaan umum di 14 propinsi telah ikut dalam program Rumah Belajar CCFI dimana mereka dibina untuk menjadi lebih kreatif, mampu meningkatkan layanananya dengan menjalankan program berbasis pada kebutuhan masyarakatnya.

”Jangan kaget bila Yayasan Pustaka Kelana, salah satu perpustakaan yang menerima bantuan CCFI, menyimpan banyak tanaman di perpustakaan. Itu adalah hasil karya anak-anak yang belajar tentang alam dan lingkungan hidup di perpustakaan ini” jelas Nasti M. Reksodiputro – Ketua perpustakaan.

Dalam menyambut kedatangan mahasiswa tsb Kepala Perpustakaan PUJS, K.H Abdullah HS mengatakan: ”Kunjungan para mahasiswa ini meyakinkan saya bahwa mahasiswa juga peduli dengan pendidikan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai bagian dari aktivitasnya”

”Diharapkan agar para mahasiswa yang berkunjung ini bisa melihat sendiri potensi perpustakaan sebagai rumah belajar alternatif yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, apakah itu pelajar ataupun anggota masyarakat lain yang ingin menggali pengetahuan, mencari informasi ataupun menggali kemampuan kreatifitasnya”, lanjut Abdullah.

Konsep pembinaan perpustakaan sebagai rumah belajar yang dikembangkan CCFI ini melalui tiga tahapan, yaitu; Tahap I memfokuskan kepada pembenahan internal termasuk peningkatan kemampuan dan ketrampilan para staff dan perbaikan fasilitas , Tahap II merancang berbagai program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya berdasarkan ’need assessment’ (pengkajian atas kebutuhan masyarakat), Tahap III, merancang strategi kebelanjutan (sustainability) agar rumah belajar dapat secara konsisten mempertahankan kualitas layanannya.

Selain melakukan kunjungan ke perpustakaan-perpustakaan para mahasiswa tersebut juga akan mengikuti acara Debat Wacana Tentang Perpustakaan Masa Depan yang diselenggarakan oleh Coca-Cola Foundation Indonesia bersama Departemen Pendidikan Nasional dalam rangka memperingati 5 tahun kiprah Coca-Cola Foundation Indonesia. Acara itu akan dilaksanakan pada hari Rabu 11 Agustus 2005 di gedung Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.


Sekilas tentang CCFI

Coca-Cola Fondation Indonesia (CCFI), berdiri sejak tahun 2000, merupakan sebuah lembaga nirlaba yang didirikan oleh PT Coca-Cola Indonesia dan PT Coca-Cola Bottling Indonesia. Sejak didirikan hingga saat ini, CCFI memfokuskan kegiatannya pada aktivitas pendidikan guna untuk meningkatkan pendidikan dan kualitas sumber daya masyarakat Indonesia. Program-programnya antara lain adalah program pengembangan Rumah Belajar (Learning Center), program pendidikan tentang lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati, program pengembangan bahan bacaan anak serta program pendidikan kesehatan.

Sumber : www.coca-colabottling.co.id




Thursday, June 21, 2007

UNAS, Persiapan Medan Tempur Buat Persaingan Global


Papinto Setuju UNAS
Gegap gempita medan tempur UNAS (Ujian Nasional) usai sudah. UNAS ini dimaksudkan untuk memperbaiki kwalitas mutu pendidikan secara menyeluruh baik di tingkat pusat maupun daerah, dengan kadar kesulitan materi soal ujian yang layak disejajarkan dengan tingkat kesulitan soal ujian dari negara2 ASEAN (Singapura dan Malaysia). Saat ini Indonesia mematok nilai minimal 5 baru lulus, sedangkan Singapura sudah setingkat nilai 7. Jadi nilai patokan kita relatif lebih rendah. Untuk pelaksanaan ujian kedepan Indonesia akan terus meningkatkan grade-nya minimal setara Singapura. Untuk apa? agar kelak anak didik mampu bersaing di tingkat global dalam perebutan "kue pekerjaan" di era kesejagadan. Lantas kok masih ada ya pihak2 yang menolak UNAS, alasannya bahwa hanya guru sekolah yang bersangkutan yang mampu menilai anak didik lulus atau tidak? saya kira mereka keliru besar, sebab bila kelulusa n ditentukan oleh para guru sekolah yang bersangkutan dimungkinkan nanti nilai itu dapat bersifat NILAI EMOSIONAL, maksudnya? ya bisa saja yang kaya atau yang cantik akan dapat mempengaruhi obyektifitas pak guru hanya dengan "satu kerlingan mata", tahukan maksudnya? Bila dikaji secara fair, nilai UNAS inikan merupakan NILAI RIIL yang dihitung scorenya dengan MESIN, sedang NILAI SEKOLAH bisa jadi merupakan NILAI EMOSIONAL karena yang menghitung adalah TANGAN PAK GURU. Bagaimana pendapat anda?


Pemerintah Wajib Memfasilitasi
Keputusan pemerintah mengadakan ujian kesetaraan sebagai pilihan bagi siswa yang tidak lulus unas diibaratkan sebagai sekoci bagi penumpang kapal. Berikut petikan wawancara Jawa Pos dengan anggota Komisi X dari Fraksi PAN Munawar Sholeh.

Bagaimana Anda melihat adanya ujian kesetaraan?
Ujian kesetaraan itu hanya sekoci. Bisa dimanfaatkan, bisa juga tidak. Itu menjadi hak siswa untuk menentukan, apakah akan menggunakannya atau tidak. Tapi, satu hal yang pasti, karena ini kewajiban, pemerintah wajib memfasilitasi dan menyediakan anggarannya.

Lalu, bagaimana soal ijazah kesetaraan yang diterima, padahal dia menuntut ilmu dalam pendidikan formal?
Ya, itu risikonya. Sekoci kan kecil. Jadi. peluang untuk basah juga besar. Ini konsekuensi pilihan. Meski begitu, fungsinya kan tetap sama. Bisa digunakan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi jenjangnya atau untuk melamar pekerjaan. Tidak berkurang esensi ijazahnya.

Apakah tidak ada mekanisme lain?
Kami (DPR, Red) sebenarnya pernah mengusulkan pada pemerintah agar ada ujian ulangan jika salah satu di antara tiga mata pelajaran yang diujikan bernilai jelek. Dengan mark-up misalnya. Namun pemerintah tetap pada keputusannya untuk tidak ada (ujian ulang). Maka, peserta didik diberi kelonggaran dengan adanya ujian kesetaraan itu.

Haruskah menunggu satu tahun untuk mengulang unas?
Kalau untuk unas formal, memang tetap satu tahun sekali. Sebab, jika diadakan setengah tahun sekali, terlalu cepat evaluasinya. Tetapi, kalau kesetaraan kan tidak. Bahkan, ujiannya tiga bulan sekali.

Ada efek positifnya?
Tentu saja. Dalam raker dengan Mendiknas beberapa waktu lalu juga dipaparkan bahwa saat ini, ada beberapa perguruan tinggi yang membuka penerimaan mahasiswa baru tidak hanya pada semester ganjil. Artinya apa? Siswa yang mengikuti ujian kesetaraan pun bisa langsung melanjutkan ke perguruan tinggi tanpa menunggu tahun akademik baru atau menunggu semester ganjil. (fal)


Mencermati Pelaksanaan Ujian Kesetaraan
Pintu Keluar bagi Yang Gagal Unas Pilihan mengikuti ujian kesetaraan yang diberikan pemerintah kepada siswa yang tidak lulus ujian nasional (unas) ternyata tidak terlalu memuaskan siswa. Padahal, pemerintah menjamin, siswa yang lulus ujian kesetaraan tetap memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.

Mei lalu mungkin menjadi hari yang cukup membahagiakan bagi Melati Murti Pertiwi. Bagaimana tidak? Bersama dengan Sophia Latjuba, Happy Salma, Olga Lydia, Roy Jeconiah, Jaringan Nasional Perempuan Mahardhika, Gerakan Siswa Bersatu, Suara Hati Pelajar, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, Federasi Guru Independen Indonesia, LBH Pendidikan, dan LBH Jakarta memenangkan gugatan terhadap pemerintah terkait kebijakannya dalam penyelenggaraan unas.

Dalam putusannya, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan bahwa pemerintah sebagai tergugat telah lalai memenuhi hak pendidikan warga negara. Para tergugat yang terdiri atas presiden, wakil presiden, menteri pendidikan nasional, dan ketua Badan Standardisasi Pendidikan Nasional dinilai lalai memenuhi perlindungan HAM terhadap warga negara. Terutama hak-hak pendidikan yang tidak didapatkan siswa yang gagal menempuh unas.

Para tergugat itu juga dinyatakan telah merugikan hak subjektif para siswa yang tidak lulus unas. Mereka juga digugat telah menyebabkan siswa mengalami kerugian materiil dan imateriil berupa hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Namun, keputusan itu tidak serta merta membahagiakan Melati sepenuhnya. Meski dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian kesetaraan paket C (setara SMA), ada kebanggaan yang hilang meski telah mengantongi ijazah. Ujian kesetaraan itulah penyebabnya. "Kami kan belajar tiga tahun di sekolah negeri. Masak lulus dengan ijazah pendidikan paket C," katanya ketika itu.

Meski kini sudah duduk di bangku kuliah seperti halnya teman-temannya yang lulus unas, Melati mengatakan masih merasakan perbedaan atas ketidaklulusannya dalam unas. "Sama teman-teman kuliah menjadi kurang dekat. Kemungkinan karena dianggap gagal ujian," ujar mahasiswi semester II Jurusan Psikologi Universitas Atmajaya itu.

Hilangnya kebanggaan atas almamater yang selama tiga tahun menjadi tempat menuntut ilmu itu mungkin tidak hanya dialami Melati seorang. Namun, pilihan yang tidak terlalu menguntungkan, menjadikannya merelakan sirnanya kebanggaan itu. Ya, pilihan bagi siswa yang tidak lulus unas hanya dua. Pertama, mengikuti ujian paket (kesetaraan). Kedua, menunggu hingga tahun depan untuk mengikuti unas. Tentu yang pertama menjadi pilihan paling banyak bagi mereka yang tidak ingin mengorbankan masa satu tahun untuk menunggu unas.

Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Jakarta Utomo Dananjaya mengatakan, sejak awal dirinya keberatan jika unas dianggap sebagai faktor penentu kelulusan. Sebab, pelaksanaan unas mengabaikan kepentingan anak dan lebih bersifat politis. "Pendapat saya, ini sama dengan yang diputuskan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Seharusnya nasib anak-anak menjadi tanggung jawab pemerintah," katanya.

Demikian juga ujian kesetaraan, menurut dia, jika unas dijadikan penentu kelulusan seharusnya disertai dengan mekanisme ujian ulang. "Logikanya kan seperti sarjana atau master yang ujian ulang dan tidak perlu menunggu setahun," ungkapnya. Kesempatan mengulang itu bisa dilakukan sampai tiga kali atau setidaknya sebelum Agustus, waktu masuk ke perguruan tinggi.

Meski ada tantangan dari berbagai pihak soal unas dan ujian kesetaraan, tahun ini pemerintah kembali mengadakan ujian kesetaraan. Ujian kesetaraan paket C berakhir hari ini setelah berlangsung sejak Selasa (19/6) lalu. Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo bahkan mengimbau secara langsung kepada para siswa SMA/MA/SMK yang tidak lulus ujian nasional (UN) agar mengikuti ujian kesetaraan.

Pemerintah juga menjamin, siswa yang mengikuti ujian kesetaraan dan dinyatakan lulus, memiliki hak eligibilitas atau hak memperoleh hasil dan kesempatan belajar yang sama atau setara dengan pendidikan formal. "Termasuk hak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi," tegas Bambang Sudibyo, yang guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Tidak hanya status kelulusan yang dijamin akan setara dengan lulusan pendidikan formal. Bahkan, untuk kualitas ujian, pemerintah juga menyamakan. Direktur Pendidikan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas Ella Yulaelawati, mengatakan, kualitas soal ujian kesetaraan memiliki standar yang sama dengan unas pada pendidikan formal.

"Demikian pula, nilai dan persyaratan kelulusan ujian kesetaraan tidak jauh berbeda dengan pendidikan formal," ujar Ella.

"Unas paket C atau setara SMA juga tidak dipungut biaya. Dengan demikian, siswa dari pendidikan formal bisa mendaftar langsung ke Dinas Pendidikan di daerahnya."

Dia menjelaskan, kelulusannya terdapat dua alternatif. Pertama, siswa harus meraih nilai rata-rata 5,00 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan tidak ada nilai di bawah 4,25. Alternatif kedua, siswa memiliki nilai rata-rata minimal 5,33 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, apabila salah satu mata pelajaran yang diujikan bernilai 4,00 dan tidak ada mata pelajaran yang bernilai di bawah 4,00.

Adapun mata pelajaran yang diujikan dalam paket C untuk IPS, yakni kewarganegaraan, tata negara, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Paket C untuk IPA, yaitu kimia, fisika, geologi, dan matematika.

Ella mengungkapkan, pelaksanaan ujian kesetaraan memang agak berbeda dengan ujian nasional pada pendidikan formal. Di antaranya adalah pelaksanaannya yang dilakukan dua kali dalam satu tahun. Hal itu dimaksudkan sebagai langkah akomodatif bagi peserta yang berlatar belakang heterogen, baik dari sisi usia maupun pekerjaan. (naufal widi a.r)

Masih Jadi Prioritas Pilihan
Siswa yang tidak lulus unas mendapatkan dua pilihan. Pertama, siswa tersebut mengulang mengikuti ujian nasional tahun depan. Itu diikuti hanya pada mata pelajaran yang gagal. Dengan catatan, siswa yang bersangkutan tidak memiliki permasalahan dengan proses pembelajaran yang lain.

Kedua, siswa yang tidak lulus bisa dinyatakan lulus dengan mengikuti ujian kesetaraan atau dikenal dengan ujian paket. Ujian tersebut diadakan untuk tiga jenjang yang berbeda, yaitu paket A setara SD, paket B setara SMP, dan C untuk SMA.

Dengan dua opsi tersebut, pilihan kedua, yaitu mengikuti ujian paket, lebih diminati siswa. Hal itu diakui Suharsono, sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). "Pelaksanaan ujian paket C yang lalu juga banyak peminatnya," kata Suharsono.

Salah satu alasannya adalah biaya yang relatif lebih murah. Bahkan, siswa dari pendidikan formal SMA bisa dengan gratis mengikuti ujian kesetaraan itu.

Yang memilih mengulang tahun depan, kata dia, menganggap bahwa ijazah hasil unas lebih bergengsi dibandingkan ujian kesetaraan. "Ada yang menganggap ijazah unas lebih bergengsi daripada ijazah kesetaraan," lanjutnya.

Padahal, jelaskan dia, perbedaan ijazah tidak menjadi soal. Misalnya, ijazah paket A bisa untuk mendaftar ke SMP, ijazah paket B untuk mendaftar SMA, dan paket C untuk mendaftar ke perguruan tinggi. Bahkan, jika ingin langsung bekerja, ijazah paket C juga diterima perusahaan.

Pernyataan Suharsono terbukti. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Depdiknas yang juga penyelenggara ujian kesetaraan, Burhanuddin Tolla, mengatakan, jumlah peserta ujian kesetaraan dari jalur nonformal yang terdaftar mencapai 364.984 orang. Jumlah ujian kesetaraan itu meliputi paket A 38.209 orang, paket B 156.169, dan paket C 170.609. (fal)
Sumber : www.jawapos.co.id




Friday, June 15, 2007

Si Unyil Hidup Lagi

Papinto Badut dikunjungi "Laptop Si Unyil" dari TV Trans-7 JAKARTA
Papinto mendapat email dari mas Ivan - Trans-7 Jakarta, yang isinya mas akau mau mengambil gambar bisnis mas tentang kerajinan tangan itu. Wah...tak kirain mau nyoting Papinto. Emang disamping mendongeng aku juga berbisnis kerajinan tangan/handycraft yang sudah kutekuni selama 9 tahun. Gembira juga karyaku masuk TV, suatu saat nanti aku berharap Papinto bisa dikenal oleh anak-anak di negeri ini. Setelah sepakat jadwal shoting Mas Ivan langsung datang kerumah dan ambil gambar, beruntung aku bisa lihat cara bikin acara TV. Kusertakan anak2 sebagai pendamping Bu Rika sang instruktur dalam menerangkan bagaimana cara membuat kerajinan membuat box hantaran berbahan limbah daur ulang klobot jagung dengan merk rikascraft itu. Setelah pengambilan gambar kl 3 jam, maka mas Ivan pamit balik lagi ke Jakarta untuk meng-edit hasil shootingan itu untuk tayangan selama 30 menit dalam acara LAPTOP SI UNYIL dan akan ditayangkan 2 minggu lagi. Tentang si Unyil yang dihidupkan TV Trans-7 membuat suasana penampilan Si Unyil nampak berbeda dari tayangan 6 tahun yang lalu. Kini dengan dibarengi cerita yang berupa informasi ilmu pengetahuan yang mendidik anak-anak Si Unyil ditonton lagi bukan oleh anak2 saja, tapi oleh orang dewasa juga. Hidup Trans-7.


KARAKTER DAN EKSPRESI VISUAL FILM BONEKA SI UNYIL
Film boneka Si Unyil adalah film serial yang diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN) yang hadir di layar TVRI pads setiap hari Minggu pagi, telah berhasil memeerikan hiburan kepada seluruh pemirsa di seluruh Indonesia, khususnya perhatian dari anak-anak. Dihadirkannya film boneka Si Unyil karena film-film yang disiarkan oleh TVRI saat itu didominasi oleh film produksi dari luar negeri, sedangkan anak-anak Indonesia memerlukan film-film pendidikan sekaligus hiburan.

Teknik memainkan boneka diilhami oleh cara memainkan Wayang Potehi, sebuah kesenian yang berasal dari leluhumya masyarakat Tionghoa. Latar belakang yang menjadi pertimbangan pembuatan film dalam bentuk boneka adalah tidak memerlukan biaya yang besar dan proses pembuatan boneka-boneka caranya sederhana dan mudah dilaksanakan bila dibandingkan dengan cara pembuatan film animasi. Boneka Si Unyil termasuk katagori hand puppet. Cara memegang dan memainkan boneka adalah dengan menggunakan tangan dan jarijari tangan.

Film boneka Si Unyil dalam tayangannya dapat betahan lebih dari sepuluh tahun lamanya, hal ini menunjukan bahwa film boneka Si Unyil memiliki daya tank tersendiri dan memiliki pengaruh yang kuat saat disiarkan oleh TVRI. Salah satu daya tank dan kekuatan dari film boneka Si Unyil adalah pads kekuatan ekspresi visual yang didukung oleh kekuatan ceritera yang mengandung unsur-unsur ketegangan, kelucuan, kesedihan, kejenakaan. Cerita yang dimunculkan adalah peristiwa-peristiwa yang sudah akrab dengan kehidupan anak-anak sehari-hari. Tema-tema yang disuguhkan sebagian besar selalu dikaitkan dengan nisi pemerintah di jaman Orde Baru.

Penelitian ekspresi boneka memakai kajian wanda. Istilah "wanda" digunakan untuk kupasan boneka saat boneka tersebut dimainkan oleh dalang atau saat tampil dilayar televisi. Wanda mengandung arti menyeluruh, yang menunjukkan suasana hati, keadaan fisik, dan lingkungan tokoh boneka. Wanda adalah raut tertentu dalam wayang berdasarkan permintaan dalang untuk mempertunjukkan tokoh tertentu dalam cerita tertentu.

Penggambaran ekspresi peran dan wanda pada beberapa tokoh tertentu merupakan representasi dari kondisi manusia Indonesia. Ciri-ciri manusia Indonesia yang diperankan dalam film boneka Si Unyil adalah sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam menganalisa tampilan visual tokoh-tokoh dalam film boneka Si Unyil adalah dari tokohtokoh boneka yang paling sering tampil di layar televisi dan memiliki peran yang cukup menonjol pada setiap episodenya. Tulisan ini berisi tentang latar belakang kelahiran dan pembuatan film boneka Si Unyil, dokumentasi, rangkuman dan perjalanan film boneka Si Unyil selama periode tahun 1981 hingga tahunl992.
Sumber : http://digilib.art.itb.ac.id

Wednesday, June 6, 2007

KISAH HARIMAU BERSUARA KAMBING



(STOP PRESS!)

Dongeng Papinto Badut: “Kisah Harimau Bersuara Kambing”

Pada jaman dahulu kala hiduplah 13 ekor harimau di hutan Alastlogo, yang merupakan wilayah kerajaan Sulaiman. Sudah menjadi kebiasaan penghuni hutan untuk selalu kalang kabut berlarian serta mengalami kebisingan bila sekawanan Harimau itu berburu mengejar para rusa yang hendak mereka mangsa bila lapar. Ya, kawanan Harimau itu selalu berburu rusa, binatang yang paling disukainya. Keadaan ini amat tidak menguntungkan karena populasi rusa terus menyusut dan bila tidak segera dicegah lama kelamaan populasi rusa akan habis. Hal ini akan merusak keseimbangan alam di hutan Alastlogo, disamping itu suara auman Harimau yang membikin gaduh ketika lapar akan menyebarkan kebisingan dan kecemasan terutama bagi binatang yang sedang menyusui anaknya atau yang lagi beristirahat tidur.

Sampai akhirnya dicapai kesepakatan antar penghuni hutan, bahwa untuk menghindari keributan dan kecemasan akibat ulah berburu kawanan harimau serta menjaga penghuni hutan dari gangguan kawanan srigala yang suka mencari mangsa di malam hari maka para binatang mempercayakan keamanan penghuni hutan pada 13 harimau yang hidup bersama mereka dengan syarat para penghuni hutan akan menyediakan makanan yang cukup bagi kawanan harimau tersebut. Pada mulanya, kawanan harimau itu menolak untuk mengemban tugas itu, sebab sebagai binatang pemangsa mereka dikaruniai naluri membunuh serta berhak memburu dan memangsa binatang kesukaannya yaitu rusa, tetapi karena upaya si Burung Tikukur ketua majelis para binatang penghuni Alastlogo berhasil menyampaikan usulannya pada Raja Sulaiman, bahwa untuk menjaga ketentraman, kelestarian dan keseimbangan penghuni hutan, maka sebaiknya akan dipersembahkan binatang2 tua untuk dimangsa oleh ke 13 harimau itu dengan syarat kehidupan mereka dilindungi dari kawanan srigala. Usulan ini diterima oleh Raja Sulaiman, maka dipanggilah ke 13 Harimau itu untuk menghadap kepadanya di istana keesokan harinya. Setelah kawanan Harimau itu menghadap, maka Raja Sulaiman menawarkan risalahnya agar mereka tidak usah berburu mangsa lagi bila lapar, untuk mencukupi kebutuhan makannya para penghuni hutan akan menyediakan makanan secukupnya saat kapanpun mereka lapar asal mereka bersedia mengemban tugas sebagai pelindung para penghuni hutan. Kawanan Harimau itu menyatakan pikir pikir dulu, sebab hal ini akan membunuh nalurinya untuk berburu. Tetapi karena merasa segan dan takut pada Raja Sulaiman, kawanan Harimau itu menyatakan setuju. “Hai harimau aku ucapkan terima kasih atas kesediaanmu, mulai sekarang bila engkau lapar, tunjuklah binatang mana yang paling kamu suka untuk dimangsa, tetapi ingat jangan memangsa binatang yang masih anak-anak, sebab bila engkau memangsanya juga engkau akan menerima kutukanku, suaramu akan berubah mengembik seperti seekor kambing, sedangkan cakar dan kedua taringmu akan hilang selama 100 tahun. Mendengar kutukan Raja Sulaiman Kawanan harimau merasa ketakutan dan berjanji akan mematuhi peringatan itu. Kini, sudah 30 tahun lamanya tugas sebagai pelindung para binatang dijalani oleh kelompok harimau, selama itu pula mereka tidak usah capek capek lagi berburu mengejar mangsa untuk dimakan sampai suatu ketika datanglah seekor ular yang datang menghasut. “Hai harimau, tidakkah engkau bosan dengan menu makanan binatang yang sudah tua? Apakah engkau tidak tahu bahwa sesungguhnya Raja Sulaiman berbohong padamu? Sesungguhnya bila engkau makan binatang yang muda dan segar apalagi yang masih anak-anak, engkau justru akan mendapatkan kasiat panjang umur dan tidak akan bisa mati.Pada mulanya Harimau tidak menghiraukan hasutan tersebut, tetapi karena hasutan ular selalu diberikan terus menerus setiap kali ada kesempatan, maka timbul juga pikiran liar sang pimpinan Harimau. “Hai ular, benar juga katamu bahwa daging binatang tua amat membosankan, tetapi bagaimana bila kutukan Raja Sulaiman menjadi kenyataan, aku akan kehilangan taring dan cakar serta akan bersuara mirip seekor kambing bila makan daging binatang yang masih anak-anak, tentu hal ini akan memalukan kelompok kami” kata pimpinan Harimau. “O, jangan kuatir, agar kutukan itu tidak lagi bertuah, sebaiknya engkau makan anak Landak, peliharaan Raja Sulaiman, dan harus enkau makan saat bulan purnama. Engkau bisa menyuruh Srigala untuk mencurinya di diperkebunan Lekok” bujuk Ular. “Hai Ular, bukankah Landak itu memiliki bulu duri yang amat keras dan kuat, aku tak sanggup memakannya aku takut tertusuk” kata Harimau. “Memang benar hai Harimau bila Landak itu dewasa bulu durinya akan membahayakan, tapi bila masih bayi atau anak-anak duri itu amat lunak, jadi tidak akan membahayakan kamu bila kamu makan” jelas Si Ular. Rupanya hasutan Si Ular berhasil, sebab Harimau bersedia saja berunding dengan Srigala, binatang yang seharusnya ia musuhi demi keinginannya untuk menikmati daging binatang muda dan ingin hidup terus serta bebas dari kematian. Akhirnya dicapai kesepakatan untuk mencuri anak Landak, binatang peliharaan Raja Sulaiman itu di perkebunan ubi kayu Lekok pada malam hari, sedangkan pada siang harinya kawanan Harimau itu pura pura berpatroli keliling kebun menjaga keamanan sambil membawa serta Srigala untuk dilepas bersembunyi di kebun menunggu senja tiba.

Warga perkampungan Landak di kebun Lekok tak menaruh curiga pada patroli Harimau siang itu. Seperti biasanya bila berpapasan, warga Landak selalu tersenyum penuh rasa hormat sebagai tanda segan pada kawanan Harimau yang melindungi mereka. Setelah kawanan Harimau melepaskan Srigala di ujung kebun untuk bersembunyi, maka kawanan Harimau segera pulang dan berjanji ketemu keesokan harinya dengan Srigala ditepi sungai Grati pada saat bulan purnama. Akhirnya senjapun tiba, matahari pada gilirannya tenggelam untuk mematikan cahayanya, para binatangpun segera berangkat tidur tidak terkecuali para Landak di perkebunan Lekok. Dengan mengendap endap Srigala keluar dari persembunyiannya dan dengan segala daya upaya mulai mencari akal untuk mencuri anak Landak di perkampungan itu. Tanpa mengalami kesulitan Srigala berhasil membawa lari seekor anak Landak yang akan diserahkan pada pimpinan Harimau untuk disantap. Tibalah saatnya bulan purnama, kawanan Harimau segera bergegas pergi menuju ke tepi sungai Grati, mereka tak sabar untuk segera ingin menikmati daging anak Landak agar terbebas dari kutukan Raja Sulaiman. Tak lama kemudian Srigala datang membawa anak Landak dalam kondisi terikat kehadapan pimpinan Harimau. “Bagaimana Srigala, bolehkah aku memakannya sekarang? tanya pimpinan Harimau tak sabar. “Tunggu dulu kita perlu mendapat aba aba dari Si Ular, ia yang akan memimpin upacara ini” kata Srigala. Tak lama kemudian air tiba2 beriak lalu muncullah si Ular dari dalam air. Segera Si Ular mendekati Srigala dan membisikkan sesuatu, Srigala mengangguk angguk tanda mengerti. “Hai Harimau, kami akan berenang menyeberang sungai, bila nanti kami sampai di seberang, maka saat itulah kau harus menyantap anak Landak ini” kata Srigala. Dengan hati berdebar Harimau mulai mendekati calon mangsanya, anak Landak. Bau aroma daging anak Landak itu telah meneteskan air liurnya, sudah lama ia ingin menikmati kelezatan daging muda dan segera terbebas dari kutukan Raja Sulaiman. Akhirnya Srigala dan Ular telah sampai di seberang sungai, segera mereka berteriak pada Harimau. “Baiklah Harimau , sekaranglah saatnya kau santap anak Landak itu! teriak Srigala. Tanpa pikir panjang secepat kilat diterkamnya anak Landak itu. Kedua taringnya dihunjamkan sekuat tenaga menembus dada anak Landak itu, jerit kesakitan melengking membelah kesunyian malam bulan purnama di tepi sungai itu, sesaat kemudian anak Landak itupun mati. Bersamaan dengan hilangnya lengkingan kesakitan anak Landak itu, Harimau merasakan keanehan pada giginya, daging anak Landak itu tak mau melekat pada giginya, terasa gigi taringnya hilang kemudian dirasakan juga kuku cakarnya tak mau keluar walaupun ia berusaha mencengkeram mengeluarkannya. Segera ia berlari menuju tepi sungai dan bercermin pada permukaan air dibawahnya. Ia meringis membuka mulutnya untuk melihat barisan giginya. Betul, disana tak ada lagi taring yang dibanggakannya selama ini. Taring itu hilang. Ia mulai sadar dan teringat pada kutukan Raja Sulaiman agar tidak memangsa anak-anak binatang. Harimau merasa tertipu oleh hasutan Si Ular. Harimau itu histeris dan mengaum keras sekali, tapi kembali terjadi keanehan dirasakannya suara auman yang dibanggakannya juga hilang berubah menjadi suara mengembik bagaikan seekor Kambing. Harimaupun menangis menyesali perbuatannya, tapi sudah terlambat kutukan Raja Sulaiman sudah jatuh. Peritiwa ini terjadi juga pada ke-12 Harimau lainnya. Sementara itu di seberang sungai, Ular dan Srigala tertawa tawa terbahak bahak menyaksikan peristiwa itu. Rupanya mereka puas dapat memperdaya Harimau yang amat ditakuti itu. Kini di hutan Alastlogo, ke 13 harimau itu tak lagi disegani, karena mereka mulai makan rumput dan mengembik seperti layaknya seekor Kambing. Hal ini akan berlangsung selama 100 tahun sebagai hukuman atas pelanggran terhadap larangan Raja Sulaiman.
Selesai.

Riwayat Hidup

Hans Christian Andersen

Hans Christian Andersen (2 April 1805 - 4 Agustus 1875) adalah seorang penulis dan penyair berkebangsaan Denmark yang paling terkenal berkat karya dongengnya.

Kehidupan masa kecilnya

Andersen lahir di kawasan kumuh kota Odense, Denmark bagian selatan, pada 2 April 1805. Ayahnya, Hans Andersen adalah seorang pembuat sepatu yang miskin dan buta huruf yang merasa dirinya masih keturunan bangsawan. Sedangkan ibunya Anne Marie Andersdatter, bekerja sebagai buruh cuci.

Walau besar dalam lingkungan yang miskin, sejak kecil Hans Christian Andersen sudah mengenal berbagai cerita dongeng. Ia juga akrab dengan pertunjukkan sandiwara. Kendati tak mengenal bangku sekolah dan percaya takhayul, sang ibunya yang membuat H.C Andersen berkenalan dengan certa-cerita Rakyat.

Di kemudian hari, H.C. Andersen sempat melukiskan sosok sang Ibu dalam berbagai novelnya, misalnya dari cerita yang berjudul Hun Duede Ikke. Sayang Ibunya belakangan terjebak menjadi seorang pemabuk berat sebelum wafat pada 1833 di sebuah panti jompo.

Ayahnya seorang pencinta sastra. Lelaki itu kerap mengajak Hans menonton pertunjukkan sandiwara. Dalam otobiografinya, The True Story of My Life yang terbit pada tahun 1846, H.C. Andersen menulis, "Ayah memuaskan semua dahagaku. Ia seolah hidup hanya untukku. Setiap Minggu ia membuatkan gambar-gambar dan membacakan certa-cerita dongeng. hanya pada saat-saat seperti inilah aku melihat dia begitu riang, karena sesungguhnya ia tak pernah bahagia dalam kehidupannya sebagai seorang pengrajin sepatu". Pada tahun 1816 ayah H.C Andersen meninggal.

Sikap dan pengalaman dari orang tua itulah yang membuah H.C. Andersen tertarik dengan dunia mainan, cerita, sandiwara termasuk karya William Shakespeare.

Masa-masa sulit

Setelah ayahnya meninggal. H.C. Andersen yang belum lama mengenyam pendidikan formal akhirnya bekerja serabutan di antaranya pernah bekerja di sebuah pabrik rokok, magang di sebuah penjahit dan bekerja sebagai penenun. Ia terpaksa memburuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada tahun 1819, ia pindah menuju ibu kota Denmark, Kopenhagen. Di sana ia berharap untuk menjadi seorang aktor, penyanyi atau penari. Tiga tahun di kota itu, ia menjalani kehidupan yang sulit.

Awalnya, Andersen sempat berhasil bergabung dengan Royal Theater. Tetapi ketika suaranya berubah karena masa pubertas, ia terpaksa meninggalkan panggung sandiwara. Andersen kemudian meninggalkan peran sebagai aktor dan penyanyi. Ia merasa lebih tepat dittunjuk sebagai penyair. Anderson mecoba menjadi seorang penulis sandiwara. tetapi sayang, semua karyanya ditolak dimana-mana.

Bertemu dengan Raja Denmark

Pada masa-masa sulit itulah dia bertemu dengan Raja Denmark, Frederik VI, yang tertarik dengan penampilan Hans muda. Raja Frederick kemudian mengirimkan Andersen untuk bersekolah. Berkat kebaikan raja, Andersen berkesempatan mengenyam pendidikan di sebuah sekolah bahasa di Slagelse dan Elsinore1927. Sebelum sekolah, ia sempat hingga menerbitkan jilid pertama karyanya yang berjudul The Gost at Palnatoke's Grave (1822).

Di bangku sekolah, Andersen termasuk siswa tertinggal, lagipula dia menjalaninya dengan setengah hati. Menurutnya, kurun masa sekolah adalah masa-masa gelap dan menyakitkan dalam hidupnya. Dia merasa sangat tidak nyaman berada ditengah para siswa yang berusia enam tahun lebih muda dari dirinya. Kepala sekolahnya yang bernama Meilsing, yang rumahnya sempat ditempati Andersen, menyebut karakter pemuda ini sangat sensitf dan sukar ditenggang.

Beruntung, setamat dari sekolah bahasa, Andersen melanjutkan studi ke Universitas Kopenhagen. Salah seorang direktur Royal Theater, Jonas Collin, mendesak dia untuk menjalani pendidikan sampai tamat dan dia pula yang membiayai. Sambil kuliah, pada tahun 1828 Hans Christian menulis kisah perjalanan yang berjudul Fodreise fra Holmens Kanal Til Ostpynten af Amager (Berjalan kaki dari Kanal Holmen ke Titik Timur Amager).

Kisah ini mendapat sambutan yang luar biasa. Andersen menggarap ceritanya dengan meminjam gaya penulisan E.T.A Hoffmann seorang pengarang roman asal Jerman. Sejak itu, puisinya yang berjudul "The Dying Child" diterbitkan oleh sebuah jurnal sastra di Kopenhagen. Pada tahun 1829, Royal Theater juga mementaskan drama musik karya Andersen.

Andersen juga menuangkan kisah pribadinya dalam kumpulan puisi berjudul "Phantasier og Skisser" pada saat jatuh cinta pada Riborg Voigt. Sayang, cintanya tidak bersambut, karena perempuan itu menikah dengan lelaki lain pada 1831. "Aku benar-benar ingin mati saja", ujarnya kepada Edvard, anak laki-laki Jonas Collin. Saat itu secara tidak sadar ia menggemakan melankoli ala Goethe dalam "The Sorrows of young Werther". Meskipun ia tidak pernah bertemu Goethe, penyair Jerman sekalipun Goethe masih hidup ketika Hans berkelana ke Jerman.

Berkelana

Hans Christian Andersen pergi berkelana ke luar negeri selain Jerman. Hingga 1833, Raja Frederick VI bersedia membiayai seluruh perjalanan Andersen ke Perancis, Swedia, Spanyol, Portugal, Italia bahkan hingga Timur Tengah.

Berbagai kunjungan itu melahirkan setumpuk kisah perjalanan. Ketika melawat ke Paris, Andersen bertemu dengan Victor Hugo, Alexandre Dumas, Heinrich Heine dan Balzac. Di tengah perjalanan panjang ini pula, ia sempat menyelesaikan penulisan "Agnette and the Merman".

Pada awal 1835, novel pertama Andersen terbit dan meraih sukses besar. Sebagai novelis, ia membuat terobosan lewat The Imrpvisator, karya yang ditulisnya pada tahun yang sama. Cerita yang mengambil setting Italia inimencerminkan kisah hidupnya sendiri; melukiskan upaya seorang bocah miskin masuk ke dalam lingkungan pergaulan masyarakat. Malah sampai akhir hayatnya, buku The Improvisatore inilah yang paling banyak dibaca orang banyak dibandingkan dengan karya karya Andersen yang lain. Sejak buku ini terbit, masa masa sulit Andersen mulai berubah. Sepanjang 1835, ia meluncurkan tujuh cerita dongeng yang disusun jauh hari sebelumnya.

Novel dan karya-karyanya

Untuk menggenapkan karyanya, Andersen melahirkan karya-karya novel baru pada 1836 dan 1837. Disamping puluhan cerita dongeng yang terbit dalam kurun waktu tersebut, novel kedua, O.T dan Only A Fiddler. Ia juga berpolemik dengan filusuf Denmark terkemuka, Soren Aabye Kierkegaard.

Lewat buku berjudul Af En Endnu Levendes papirer yang terbit pada tahun 1838, filsuf Denmark tersebut mengkritik habis novel-novel Andersen. "Pergulatan hidup tak menyenangkan yang dialami Andersen kini terulang lewat karya-karyanya," tulis kierkegaard.

Kritik itu segera dijawab Andersen lewat karyanya yang terbit pada 1840 yang berjudul En Comedie I det Gronne. Ia menyerang Kierkegaard dengan cerita yang menggambarkan betapa tidak praktisnya pemikiran sang filsuf tadi.

Kendati novel-novelnya mendapat sambutan besar, nama Hans Christian Andersen di dunia justru menjulang sebagai penulis dongeng anak-anak. Pada 1835, ia meluncurkan cerita anak-anak Tales for Children dalam bentuk buku saku berharga murah. Lalu kumpulan cerita bertajuk Fairy Tales and Story digarapnya dalam kurun 1836-1872.

Serial anak-anaknya yang kebanyakan terbit pada hari Natal itu tidak hanya kisah kisah yang dibuat olehnya. Andersen juga mengungkap kembali dongeng anak-anak yang kerap didengarnya semasa kecil. Sepanjang hayatnya ia menulis 156 cerita. Dari jumlah itu, 12 dongeng ditulisnya berdasarkan cerita rakyat Denmark. Selebihnya merupakan cerita khayali yang lahir dari buah pikirannya sendiri.

Dua dari cerita dongengnya yang amat kesohor, The Little Mermaid dan The Emperor's New Clothes, diterbitkan dalam kumpulan cerita pada 1837. Tujuh dongengnya yang lain: Little Ugly Duckling, The Tinderbox, Little Claus and Big Claus, Princess and the Pea, The Snow Queen, The Nightingale dan The Steadfast Tim Soldier, juga dikenal di berbagai belahan dunia sebagai cerita yang kerap didongengkan pada anak-anak.

Lewat berbagai karyanya, Andersen dinilai menerobos pagar-pagar baku yang dianut pengarang Denmark pada masa itu. Baik gaya penceritaan maupun isi ceritanya berhasil memasukkan idiom-idiom dan bahasa lisan yang merupakan hal baru dalam dunia 'kepengarangan' negeri itu. Ia memasukkan pesan dan nilai moral dalam ceritanya tanpa menggurui sama sekali.

Bisa dilihat dari kisah dongeng The Emperor's new Clothes. Pesan bahwa keserakahan itu tidak baik disampaikan Andersen lewat parodi raja lalim yang cukup menggelikan itu. Salah satu ciri lain yang menonjol dalam cerita dongeng Andersen adalah hadirnya kaum papa dan mereka yang tidak beruntung dalam hidup.

Dalam sebagian besar karyanya pun tampak optimismenya bahwa yang baik akan selalu menang dan meraih akhir yang bahagia. Kecuali kisah The little Mermaid dan The Little Match Girl yang berakhir dengan kesedihan. Dalam The Little Mermaid misalnya, Andersen berusaha mengungkapkan bahwa betapa keinginan meraih hal yang diimpikan ternyata berbuah nestapa.

Pengaruh karyanya di dunia kisah anak-anak

Tak bisa disangkal, cerita-cerita dongeng Andersen memang berisi pesan-pesan moral universal. Maka tidaklah mengherankan bila karya-karyanya itu kemudian diterjemahkan tak kurang ke dalam 147 bahasa di dunia. Buah tangannya pun tudak sebatas "pelajaran" untuk anak-anak melainkan dibaca oleh orang dewasa di seluruh dunia. Meski terjemahan karyanya baru muncul pertama kali dalam edisi bahasa Inggris pada 1846.

Bukan itu saja, H.C. Andersen disebut-sebut menanamkan banyak pengaruh kepada para penulis cerita lainnya di Eropa. Sebut saja Charles Dickens, pengarang Inggris yang terkenal dengan karya karya seperti A Christmas Carol in Prose, The Chimes, The Cricket on the Hearth, dan The Haunted Man and the Ghost's Bargain. Juga pada pengarang Eropa lainnya seperti William Thackeray, Oscar Wilde dan C.S Lewis.

Dalam kurun 1840 hingga 1857, Andersen kembali melawat ke sejumlah egara Eropa, Turki, dan Afrika dan menuliskan kesan dalam buku-buku yang menuliskan kisah perjalanannya. Pada tahun 1855, Andersen menulis ulang memoarnya yang berjudul The Fairy Tale of My Life. Kisah hidup edisi ulang itulah yang hingga kini dinilai sebagai buku standar riwayat pendongeng legendaris ini.

Akhir hidup

Setelah berkelana lagi di Paris, Andersen jatuh sakit pada musim semi 1872. beberapa penyakit menggerogoti lelaki kurus ini. Selama tiga tahun terbaring tanpa daya di Rolighed dekat Kopenhagen, pengarang legendaris ini wafat pada 4 Agustus 1874. Ia dimakamkan dpemakaman khusus Kopenhagen.

Sepanjang hayatnya, H.C Andersen tidak pernah menikah. Patah hati mendalam rupanya dialami pengarang besar ini setelah cinta matinya kepada penyanyi opera berdarah Swedia, Jenny Lind, ternyata bertepuk sebelah tangan. Di peristirahatannya yang terakhir, H.C. Andersen hanya ditemani oleh guru sekaligus sahabatnya, Jonas Collin, yang dimakamkan bersebelahan dengannya.

Tamu yang tak tahu malu

Sepanjang hidupnya, Hans Christian Andersen ternyata tak pernah memiliki rumah. Sejak kecil hingga akhir hayatnya, ia selalu hidup di rumah para patron (tokoh masyarakat) yang kaya raya. Jika tidak, ia tinggal di kamar sewaan dengan perabot yang minim atau di hotel. Tetapi jika tidak sedang dalam perjalanan, ia pasti tinggal lama di rumah orang-orang yang cukup baik hati mengundangnya.

Tapi tidak semua tuan rumah bahagia dengan kunjungan Andersen. Pengarang ternama Inggris, Charles Dickens misalnya, akhirnya merasa terganggu oleh kehadiran Andersen di rumahnya. Andersen pertama kali berjumpa dengan Dickens ketika ia berkunjung ke Inggris pada tahun 1847. Keduanya saling mengagumi. Andersen menggambarkan, betapa bahagia dirinya ketika Dickens berkunjung ke penginapannya.

Sebenarnya tak jelas, seberapa dekat hubungan Dickens dengan Andersen ini. Tapi sebagian pengamat menyebut karakter Uriah Heep dalam David Coperfield, salah satu karya Dickens yang terbit empat tahun setelah pertemuan mereka berdua, ditulis Dickens berdasarkan karakter Andersen.

Ketika Andersen berkunjung ke Inggris, satu dasawarsa kemudian, Dickens tak sekedar menyambangi, ia malah mengundang Andersen tinggal di rumahnya. Menurut biografi Andersen yang ditulis Jackie Wullschlager, kunjungan di rumah Dickens ini jauh dari sukses.

Kala itu, Dickens dengan istrinya sedang dalam krisis perkawinan yang sungguh parah. Komunikasi mereka dengan Andersen pun tak terjalin baik. Maklum, suami-istri Dickens sama sekali tidak mengerti bahasa Denmark sedangkan bahasa Inggris Andersen jauh dari memadai. Hasilnya, keluarga Dickens segera menginginkan Andersen pergi.

Tapi, bukannya pergi, Andersen justru memperlama masa tinggalnya menjadi dua kali waktu yang diundang Dickens. "Kami benar-benar menderita karena Andersen," tulis Dickens dalam surat kepada salah satu sahabatnya. Ketika Andersen akhirnya pergi, Dickens menancapkan catatan di pintu kamar yang didiami Andersen. Di situ tertulis "Hans Andersen tidur di kamar ini selama lima minggu. Tapi bagi kami rasanya berabad-abad."

Sumber : http://id.wikipedia.org/